Liputan6.com, Jakarta - Di tahun 2021, pandemi Covid-19 memang masih melanda. Namun situasinya sudah lebih membaik dibandingkan tahun 2020. Salah satu buktinya, semakin banyak masyarakat yang berolahraga di luar ruang atau tempat umum. Contohnya, olahraga sepeda.
Bersepeda menjadi fenomena tersendiri di tahun 2021. Peminat olahraga ini tiba-tiba meningkat tajam di tahun lalu. Pandemi justru mendatangkan tren baru bersepeda di jalanan, khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Olahraga di dalam ruangan juga masih jadi tren, seperti senam dan yoga.
Lalu, bagaimana tren olahraga di tahun 2022 ini? Apakah bersepeda, senam dan yoga masih akan jadi tren, atau akan ada jenis olahraga lainnya yang bakalan booming dan jadi tren sepanjang tahun ini?
Baca Juga
Advertisement
Menurut wartawan olahraga senior sekaligus Pemimpin Redaksi Bola.com dan Bola.net, Darojatun, tradisional sport berbasis massa besar akan jadi tren di tahun ini. Contohnya, MotoGP, badminton, dan sepak bola yang dikemas dalam bentuk esports.
"Untuk esports murni seperti MOBA tetap akan diperebutkan massa-nya oleh Mobile Legend, DOTA 2, dan PUBG. Sedangkan yang lain hanya akan jadi tren sampingan," terangnya pada Liputan6.com, 7 Januari 2022. Pria yang akrab disapa Jatun ini menambahkan, kuncinya adalah di kekuatan basis massa yang ada saat ini dan memperbanyak turnamen.
Untuk memperkenalkan cabang baru mungkin baru bisa terwujud saat pandemi sudah berlalu. Satu lagi yang akan naik adalah tren digital sports. Kata Jatun, para atlet pro dan amatir secara online akan mengadu perolehan data jarak tempuh, jumlah langkah, dan jumlah kalori yang dibakar di periode tertentu lewat sebuah platform yang sudah diaudisi secara transparan.
"Indikasinya bisa dilihat dari kenaikan penjualan smart-sports-gadget di 2020-2021, ini adalah sebuah sinyal positif untuk digital sports. Sports from anywhere akan mewarnai 2022, olahraga akan semakin diminati," ucapnya.
Selain itu, skuter atau otoped elektrik menurut Jatun akan kembali diminati. Saat ini popularitasnya sedang naik di seluruh kota pulau Jawa dan nanti akan makin bersinar, bahkan di belakang olahraga sepeda yang akan jadi tren dengan cepat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pusat Kebugaran
Sementara pengamat olahraga yang juga instruktur kesehatan dan kebugaran Jansen Ongko, ada beberapa jenis olahraga yang berkaitan dengan teknologi akan jadi tren di sepanjang tahun ini. Bagi Jansen, karena pandemi masih belum diketahui kapan akan berakhir, maka dapat dipastikan dalam tahun ini kelas dan acara olahraga masih banyak yang dilakukan secara virtual atau daring.
Namun sejak akhir 2021 sudah mulai bermunculan penyelenggaraan acara olahraga yang dilakukan secara langsung atau luring dengan penerapan protokol kesehatan. "Ini karena sudah semakin tingginya tingkat masyarakat yang telah mendapatkan vaksin, sehingga penyelenggara juga lebih berani dalam mengadakan acara," ujar pria yang menjadi penggagas Asosiasi Pusat Kebugaran Indonesia atau APKI ini.
Menurut Jansen, beberapa macam olahraga yang diprediksi akan terus berlanjut menjadi tren di tahun ini, salah satunya adalah Home Gym. Memiliki pusat kebugaran pribadi di rumah dengan alat secukupnya atau selengkap pusat kebugaran adalah salah satu tren yang meningkat paling pesat selama pandemi. Tren ini dapat dilihat dengan semakin lengkapnya jenis-jenis produk di toko retail dan toko online saat ini.
Yang kedua, Hybrid Membership. Sejak awal pandemi cukup banyak pusat kebugaran yang mengadakan virtual class dan coaching untuk anggota mereka karena menjadi salah satu strategi untuk bertahan.
"Saat ini hampir 100 persen pusat kebugaran memang sudah buka kembali, tetapi tidak semua anggota mau untuk berlatih secara langsung. Dengan begitu, tidak sedikit pusat kebugaran yang menawarkan keanggotaan hybrid atau campuran di mana anggotanya dapat memilih latihan secara daring maupun luring," jelas Jansen lewat pesan pada Liputan6.com, 7 Jamuari 2022.
Advertisement
Kesehatan Mental
Yang ketiga adalah wearable fitness device/gadget. Kebutuhan akan gadget atau gawai untuk berolahraga seperti pengukur jarak berlari, langkah kaki, besar kalori yang dibakar dan gawai yang terhubung dengan sepeda atau treadmill mengalami peningkatan penjualan yang pesat.
Selain untuk kebutuhan pribadi, ini karena banyak acara virtual yang memang membutuhkan gawai dalam penyelenggaraannya. Bukan itu saja, fitness gadget menghubungkan antar penggunanya sehingga sekaligus menjadi media komunikasi dan networking.
Keempat adalah gamification. Semakin berkembangnya industri permainan (gaming) juga merambah industri kebugaran. Saat ini sudah semakin banyak alat-alat dan program latihan yang menyerupai permainan untuk memotivasi orang-orang yang tidak menyukai olahraga untuk mencobanya. Sudah semakin banyak permainan konsol yang bergenre petualangan yang mengharuskan pemainnnya untuk bergerak.
Yang kelima atau terakhir adalah mental health gym. Salah satu tren yang sedang berkembang di luar negeri dan berpotensi berkembang di Indonesia juga adalah mental health gym. Program ini tidak hanya fokus untuk menyehatkan fisik, tetapi juga kesehatan mental anggotanya.
Jadi anggotanya bukan hanya berolahraga, tetapi juga diajak melakukan kegiatan yang menenangkan pikiran seperti mendengarkan musik, meditasi, dan aktivitas sejenis.
"Untuk olahraga umum seperti lari, yoga, dan latihan beban tetap memiliki peminatnya dan akan terus berkembang di tahun 2022. Hanya saja pasarnya sudah terbagai menjadi daring dan luring yang akan terus berlangsung dalam beberapa tahun ke depan," ungkap Jansen.
Olahraga Konvensional
Olahraga yang tahun lalu jadi tren di tahun lalu seperti sepeda, virtual running dan yoga, menurut sosiolog dan pengamat sosial Yusar, Muljadji, masih akan jadi tren di 2022. Selain itu, olahraga yang konvensional seperti sepak bola, basket, bola voli. hiking di alam bebas diperkirakan juga akan makin digemari.
"Indikasinya adalah banyak yang mengunggah kegiatan hiking mereka walaupun dengan menerapkan protokol kesehatan," kata Yusar. Sosiolog dari Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung itu, esports sedang mengalami peningkatan penggemar; walaupun ia kurang setuju esports dimasukan dalam kategori olahraga.
"Itu karena olahraga berarti ada tekanan pada fisik tubuh namun banyak pula yang beranggapan bahwa esports merupakan alternatif karena berbagai pembatasan-pembatasan akibat pandemi ini," terangnya.
Yusra menambahkan, masyarakat saat ini sudah mengalami pandemic vatigue atau kelelahan karena pandemi, sehingga mendorong mereka untuk kembali berolahraga seperti sebelumnya dengan berbagai penyesuaian tentunya.
"Selain itu, kebutuhan dasar manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi yang dibatasi membuat masyarakat merasa terkekang dan ingin keluar dari kekangan tersebut, salah satunya dengan olahraga," pungkasnya.
Advertisement