Naik Status Jadi Waspada, Begini Peningkatan Aktivitas Gunung Dempo

Potensi bahaya Gunung Dempo adalah erupsi freatik yang menghasilkan abu dan hujan lumpur, serta hembusan gas vulkanik konsentrasi tinggi yang sebarannya terbatas di sekitar kawah atau puncak.

oleh Arie Nugraha diperbarui 08 Jan 2022, 07:47 WIB
Panorama di bawah Gunung Dempo di Kota Pagar Alam Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Dempo di Sumatera Selatan menjadi Level II (Waspada) dari sebelumnya Level I (Normal).

Menurut Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono peningkatan status ini terhitung sejak hari Jumat, 7 Januari 2022 pukul 10.00 WIB.

"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan kegempaan menunjukkan adanya kenaikkan aktivitas (vulkanik) dan dinilai tingkat aktivitas Gunung Dempo dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) terhitung sejak tanggal 7 Januari 2022, pukul 10.00 WIB,"ujar Eko dalam siaran persnya, Sabtu, 8 Januari 2021.

Atas dinaikannya status gunung api dengan ketinggian 3 meter diatas laut (mdpl) itu, Eko meminta kepada masyarakat, pengunjung, wisatawan dan pendaki untuk beraktivitas dan mendekati area dalam radius 1 kilometer dari kawah, serta arah bukaan kawah sejauh 2 kilometer ke sektor utara.

Eko mengimbau kepada seluruh kelompok masyarakat agar tidak terpancing oleh berbagai berita yang tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Dempo.

"(Diminta) mengikuti arahan dari instansi yang berwenang yakni Badan Geologi, yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan Kementerian Lingkungan, Pemda dan instansi terkait lainnya," kata Eko.

Sebelumnya, pengamatan visual selama 1 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022 gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.

Pada saat cuaca cerah tidak teramati adanya hembusan gas atau asap dari arah kawah atau puncak.

"Pada tanggal 3 Januari 2022 teramati hembusan gas dari arah kawah atau puncak berwarna putih tebal dengan tinggi sekitar 150 meter dari atas puncak. Hembusan tidak berlangsung menerus, pada 4 hingga 6 Januari 2022 tidak teramati hembusan gas dari arah kawah atau puncak," terang Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani.

Catatan rekaman kegempaan menunjukkan jenis gempa yang terekam selama periode 1 Desember 2021 hingga 6 Januari 2022 yaitu gempa hembusan, low frequency, vulkanik dalam, tektonik lokal, tektonik jauh dan tremor menerus.

Andiani menjelaskan tremor menerus dengan amplitudo 0.5 - 2 mm (dominan 0.5 mm) tersebut mulai terekam pada tanggal 4 hingga 6 Januari 2022.

"Pengamatan visual menunjukkan adanya kenaikan aktivitas hembusan gas dari kawah atau puncak, seiring dengan kemunculan getaran Tremor yang mengindikasikan adanya kenaikan fluida berupa gas, cairan, batuan padat ke kedalaman lebih dangkal," ucap Andiani.

Andiani menambahan penghitungan energi gempa Gunung Dempo dari tanggal 1 - 6 Januari 2022 menunjukkan adanya peningkatan pada gempa frekuensi rendah sejak tanggal 3 Januari 2022, yang berasosiasi dengan adanya input fluida yang bersifat mendadak dan merespon langsung ke permukaan.

 


Potensi Bahaya

Mengenai potensi bahaya yang ada, Andiani mengatakan saat ini adalah erupsi freatik yang menghasilkan abu dan hujan lumpur, serta hembusan gas vulkanik konsentrasi tinggi yang sebarannya terbatas di sekitar kawah atau puncak.

"Erupsi freatik bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan yang jelas. Radius terdampak material jatuhan bisa mencapai 1 Km dari kawah, serta aliran lumpur ke arah 2 Km sektor utara searah bukaan kawah," ungkap Andiani.

Gunung Dempo secara administrasi termasuk kedalam wilayah Kota Pagar Alam, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan.

Letusan Gunung Dempo tercatat sejak tahun 1818 dan hingga kini telah terjadi 21 kejadian erupsi dengan selang waktu erupsi terpendek satu tahun dan terpanjang 26 tahun.

"Erupsi terakhir terjadi pada tanggal 1 Januari 2009 pukul 10.45 WIB. Pada tahun 2021 terjadi peningkatan kegempaan berupa pemunculan getaran tremor menerus selama bulan April hingga September 2021," tukas Andiani.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya