Liputan6.com, Jsksrts - Taliban, pada Jumat 7 Januari 2022, meminta bantuan kemanusiaan darurat tanpa "bias politik", mengatakan salju dan banjir baru-baru ini telah memperburuk penderitaan rakyat Afghanistan.
Sejak Taliban menguasai Afghanistan pada pertengahan Agustus, negara itu telah jatuh ke dalam kekacauan keuangan, dengan inflasi dan pengangguran melonjak.
Advertisement
Miliaran dolar aset negara telah dibekukan oleh Amerika Serikat, sementara pasokan bantuan telah sangat terganggu.
Badan-badan bantuan global telah memperingatkan bahwa lebih dari setengah dari 38 juta orang Afghanistan diperkirakan akan menghadapi kelaparan musim dingin ini.
Dalam sebuah video, wakil perdana menteri Abdul Ghani Baradar mengatakan dunia memiliki kewajiban untuk membantu.
"Di berbagai tempat saat ini, orang tidak memiliki makanan, akomodasi, pakaian hangat atau uang," kata Baradar sebagaimana diwartakan AFP.
"Dunia harus mendukung rakyat Afghanistan tanpa bias politik dan melaksanakan kewajiban kemanusiaan mereka," demikian dikutip dari MSN News, Sabtu (8/1/2022).
Salju telah menyelimuti sebagian besar Afghanistan tengah dan utara dalam beberapa hari terakhir sementara banjir telah mempengaruhi bagian selatan.
Banyak warga Afghanistan berjuang untuk mendapatkan penghangat, dengan negara itu menghadapi pemadaman listrik reguler.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cuaca Memperburuk Situasi Sensitif Afghanistan
Baradar mengatakan cuaca telah memperburuk "situasi sensitif" rakyat Afghanistan, menambahkan bahwa Taliban siap untuk membantu distribusi bantuan internasional di seluruh negeri.
"Kami menyerukan kepada masyarakat internasional, LSM dan semua negara untuk tidak melupakan orang-orang miskin kami," kata Baradar dalam apa yang merupakan seruan langsung pertama yang dibuat oleh seorang pemimpin senior Taliban untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang memburuk.
Kabul, yang belum pernah melihat hujan salju reguler selama bertahun-tahun, tertutup selimut tebal salju, mempengaruhi lalu lintas udara dan jalan dan memaksa bisnis untuk tutup pada Jumat 7 Januari 2022.
Belum ada negara yang secara resmi mengakui pemerintah dan diplomat Taliban menghadapi tugas rumit menyalurkan bantuan ke ekonomi yang dilanda tanpa menopang kaum Islamis garis keras.
Namun pada bulan Desember, negara-negara Muslim memutuskan untuk bekerja dengan PBB untuk mencoba membuka aset beku, terutama yang dipegang di Amerika Serikat.
Pertemuan khusus 57 anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) adalah konferensi terbesar di Afghanistan sejak pemerintah yang didukung AS sebelumnya jatuh pada bulan Agustus dan Taliban kembali berkuasa.
Juga pada bulan Desember, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi resolusi yang diusulkan AS untuk membantu bantuan kemanusiaan menjangkau warga Afghanistan yang putus asa, sambil berusaha menjauhkan dana dari tangan Taliban.
Resolusi itu disambut oleh otoritas Taliban sebagai "langkah yang baik".
Resolusi Dewan Keamanan memungkinkan bantuan untuk mencapai negara itu selama satu tahun tanpa melanggar sanksi internasional yang bertujuan mengisolasi Taliban.
Advertisement