Liputan6.com, Gunungkidul - Bagi generasi Z, pertanian bukan pilihan aktivitas maupun pilihan untuk pekerjaan yang populer. Bahkan, luas lahan yang masih tersedia di Kabupaten Gunungkidul sudah banyak berganti menjadi kawasan bisnis kuliner atau menjadi kawasan wisata berbasis masyarakat.
Namun ada pemandangan yang berbeda ketika berkunjung ke Padukuhan Gading IV, Kalurahan Gading, Kapanewon Playen Gunungkidul. Sejumlah Pemuda yang menamakan dirinya "Taruna Tani Jaka Berek" memilih bertani meski kondisi sulit diawal Pendemi Covid-19 awal tahun 2020 lalu.
"Gagasan membentuk kelompok tani ini justru muncul pada masa suram saat kondisi masyarakat harus berjuang antara kehidupan dan kesehatan," kata Antonius Marsudi Nugroho, Ketua Taruna Tani Jaka Berek.
Agus menuturkan, saat pembentukan awal kelompok tersebut akibat dari banyak pemuda yang melakukan aktivitas di rumah karena lockdown atau karantina wilayah. Bahkan, ada beberapa pemuda yang berhenti bekerja karena PHK oleh perusahaan.
"Kebetulan teman-teman saya pas awal pandemi jadi lebih sering di rumah, sebelumnya kan selalu kerja," tutur Marsudi.
Baca Juga
Advertisement
Ia sendiri sebelumnya sudah bergelut di bidang peternakan ayam bersama sejumlah warga. Namun kemudian ia memutuskan untuk mencoba bertani jenis holtikultura. Untuk tahap awal, Marsudi kemudian menanam benih dekat dengan sekretariat taruna setempat seluas 1.000 meter persegi.
Menurutnya, kegiatannya tersebut menarik perhatian kalurahan setempat lantaran dinilai ada prospek positif. Marsudi pun kemudian diarahkan untuk menggunakan tanah kas desa seluas 1 hektare (ha).
"Itu dengan sistem sewa, lalu seluruh anggota kami ikut investasi di lahan tersebut," jelasnya.
Posisi lahan sendiri terbilang sangat strategis. Pasalnya langsung berada di pinggir jalan besar, persisnya di seberang barat kompleks Pangkalan Udara (Lanud) Gading, Playen.
Marsudi mengakui pengembangan lahan pertanian itu bukan tanpa kendala. Ia mengaku bukan perkara mudah untuk menyatukan visi-misi tiap anggota kelompoknya, mengingat masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda.
"Kami kan total ada 15 orang, 4 orang jadi pengelola harian lahan secara bergantian," katanya.
Jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain cabai, bawang, sawi, hingga bayam dengan sistem tumpang sari. Adapun di pinggir lahan, benih bunga matahari juga ditanam.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Agrowisata
Marsudi memang sudah memiliki rencana besar ke depan. Salah satunya menjadikan lahan yang ia kelola bersama kelompoknya tersebut menjadi tempat agrowisata.
Konsep keuntungan berlipat ini sengaja dibuat demi menarik perhatian anak muda. Sebab ia mengaku tidak banyak anak muda setempat yang tertarik bergabung, sedangkan 15 orang yang ada saat ini masih terbilang sangat kurang.
"Jelas perlu dukungan dari mereka yang lebih muda, karena ini juga terkait masalah ketahanan pangan," kata Marsudi.
Ia yakin konsep yang dirintisnya bisa berkembang baik ke depan. Sebab sektor holtikultura sendiri belum banyak digarap di Gunungkidul, sehingga ia menilai bisa jadi peluang bisnis tersendiri.
Ke depan, Marsudi berharap ada dukungan yang bisa terus diberikan oleh pemerintah setempat, termasuk Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. Terutama guna memastikan usahanya tersebut bisa berdampak positif pada kesejahteraan warga setempat.
Adapun dari kalurahan sudah setuju untuk membangun sumur bor tambahan. Nantinya sumber air ini bisa dioptimalkan saat musim kemarau tiba.
"Kami sendiri baru mulai di musim hujan ini, nanti akan kami kaji bagaimana kalau di musim kemarau," ujar Marsudi.
Petugas Pengendali Pengganggu Tanaman (Tanaman) Patuk dan Playen, Sujaka mengatakan dukungan sudah diberikan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul pada Jaka Berek.
Antara lain dengan pembinaan hingga bantuan pengembangan lahan. Seperti kemarin, timnya membantu Marsudi dan teman-temannya dalam membuat perangkap hama lalat buah.
"Kami harap tanaman di sini bisa bebas hama dan penyakit serta bisa tumbuh optimal," kata Sujaka.
Advertisement