Liputan6.com, Jakarta Kebas dan kesemutan kerap dianggap remeh. Padahal, dua kondisi ini adalah dua gejala yang umum pada mereka dengan neuropati diabetik atau gangguan saraf yang disebabkan penyakit diabetes.
"Neuropati adalah kondisi gangguan saraf tepi dengan keluhan tertentu. Penyebab terbanyak adalah karena kadar gula tinggi atau neuropati diabetik," kata dokter konsutlan endokrinologi, metabolik dan diabetes Tri Juli Edi Tarigan.
Advertisement
Kondisi itulah yang membuat seseorang merasa kesemutan, mati rasa, nyeri, rasa tebal, rasa berpasir, rasa dingin, panas terbakar. Lalu, paling berbahaya adalah hilangnya sensitivitas proteksi sehingga tidak bisa merasakan ketika terluka.
"Ini bisa mengakibatkan luka atau cidera yang dapat berujung pada amputasi," kata Tri.
Maka dari itu, bila kerap merasakan kebas dan kesemutan hal itu tidak boleh diabaikan. Sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
"Karena mungkin saja Anda tidak sadar sudah menderita diabetes dan sudah mengalami komplikasi," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Health-Liputan6.com.
Jika memang neuropati diabetik, dengan deteksi dini akan membantu pasien mendapatkan penanganan sejak awal, sebelum terjadi kerusakan saraf yang semakin parah.
Kasus neuropati diabetik.
Hampir satu dari lima penyandang diabetes menderita neuropati diabetik. Ini merupakan kompolasi diabetes paling umum dan bisa berdampak signifian pada pengidapnya. Bisa alami infeksi berlang, ulkus yang tidak kunjung sembuh hingga amputasi jari dan kaki.
Komplikasi yang paling sering muncul akibat neuropati diabetik adalah terjadinya kaki diabetes atau diabetic foot ulcer (DFU).
Advertisement
Cegah Diabetes dengan Yuk Gerak
Gerak Dokter spesialis kedokteran olahraga Ade L Tobing menjelaskan pentingnya aktivitas fisik dan latihan fisik secara baik, benar, terukur dan teratur (BBTT).
Aktivitas sedentary seperti duduk berjam-jam dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, kegemukan, tekanan darah tinggi, osteoporosis termasuk gejala neuropati akibat penyakit.
Terlebih sejak pandemi dan pembatasan kegiatan sosial, membuat orang semakin jarang bergerak dan cenderung pada gaya hidup sedentary.
“Jadi harus ada keseimbangan antara asupan makanan dengan aktivitas/latihan fisik . Salah satu cara untuk mencegah neuropati, perlu melakukan latihan fisik," kata Ade.
Salah satu contoh aktivitas fisik adalah senam Neuromove. Ini senam yang gerakannya didesain khusus untuk mengaktifkan sel-sel saraf dan meningkatkan fungsi saraf serta otak kanan-kiri, sehingga fungsi kognitif seperti memori, emosi, konsentrasi menjadi lebih baik.
Selain mencegah neuropati, Neuromove juga dapat meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot, serta meningkatkan ketahanan jantung –paru dan peredaran darah.
Senam Neuromove sendiri diciptakan pada 2015 yang merupakan hasil kerja sama antara Ade serta P&G dalam meningkatkan kesehatan termasuk saraf masyarakat Indonesia.Senam ini mengandung gerakan-gerakan dasar senam dan gerakan-gerakan khusus, seperti menyilang batang tubuh, koordinasi bola mata, tangan, keseimbangan, dan fokus pada gerakan stretching untuk peregangan yang dapat menghindari cedera dan mencegah gejala neuropati.
Infografis 5 Tips Tetap Sehat di Masa Pandemi Covid-19.
Advertisement