Liputan6.com, Jakarta - Memegang amanah sebagai Direktur Utama PT PLN (Persero) bukan perkara mudah, karena harus berhadapan dengan banyak kepentingan dari pengusaha batu bara hingga anggota DPR. Hal itu diutarakan oleh Dahlan Iskan, yang sempat menjabat jadi Dirut PLN pada 2009-2011.
Dahlan Iskan mengakui, PLN di masa pimpinannya harus berhadapan dengan tentakel bisnis para pengusaha batu bara yang menjalar hingga ke dalam tubuh perseroan. Kondisi ini tergambar pada banyaknya pasokan batu bara dari kapal laut yang sering tidak memenuhi spesifikasi.
"Kita tahu bahwa belum tentu batu bara yang dikirim ke PLN pasti memenuhi spek. Kita cegat di seluruh dermaga PLN, dan petugas yang jaga di pelabuhan itu kan bagian yang relatif paling bawah. Seandainya disogok, enggak usah Rp 100 juta, Rp 10 juta kan sudah lebih besar dari gajinya," ungkapnya dikutip dari sesi bincang virtual, Senin (10/1/2022).
"Sehingga sangat sulit menegakan disiplin di sana, karena nilai kapal yang merapat itu kan puluhan miliar. Padahal kalau ditolak ini rugi Rp 40 miliar. Daripada rugi Rp 40 miliar, nyogok Rp 100 juta apa susahnya," ujar Dahlan Iskan.
Memitigasi hal itu, Dahlan kala itu berjanji memberikan penghargaan kepada siapa saja awal PLN yang berani menolak kapal pengangkut batu bara tidak memenuhi spesifikasi. Namun, sikap ini tentu saja menimbulkan rasa sakit hati bagi perusahaan yang suplai batu bara-nya ditolak.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dimusuhi
Setelah itu, Dahlan lanjut bercerita, ia mendapat laporan dari seorang anggota direksinya yang telah didatangi oleh salah satu anggota DPR jelang Lebaran Idul Fitri pertamanya sebagai Dirut PLN. Anggota DPR dimaksud menanyakan soal THR untuk anggota dewan parlemen.
Uang diminta saat itu berupa dolar Amerika Serikat, yang jika dirupiahkan mencapai angka miliaran rupiah. Mendadak sontak, Dahlan segera menggelar rapat bersama jajaran direksinya untuk membicarakan berbagai kemungkinan.
"Kemudian ditolak. Lalu kita terpaksa tunjuk satu orang hadap ke sana, sampaikan rapat direksi menolak. Anggota DPR itu sudah meninggal, jadi dia tidak bisa menggugat saya. Setelah (penolakan) itu saya terkenal sekali, saya sangat dimusuhi DPR," ujar Dahlan Iskan sembari tersenyum.
Advertisement