Bursa Saham Asia Merosot, Investor Cermati Perkembangan Kasus COVID-19

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Senin, 10 Januari 2022 seiring kekhawatiran kasus COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jan 2022, 09:11 WIB
Seorang pria berdiri didepan indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Ketegangan politik yang terjadi karena Korut meluncurkan rudalnya mempengaruhi pasar saham Asia. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia-Pasifik merosot pada perdagangan Senin pagi (10/1/2022) imbas investor cermati keberlanjutan kasus COVID-19 serta kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Di Korea Selatan, indeks Kospi menyusut 1,18 persen dan Kosdaq turun setidaknya 1,7 persen. Indeks acuan di Australia, indeks ASX 200 koreksi 0,1 persen setelah melemah.

Indeks sektor saham keuangan tergelincir turun 0,08 persen. Indeks material dan energi di negeri kangguru ini menguat dengan kenaikan masing-masing 1,25 persen dan 1,29 persen.

Hal serupa dialami sektor saham penambang utama. Saham Rio Tinto melonjak 1,86 persen, Fortescue meroket 2,75 perse dan BHP bergerak positif sebesar 1,89 persen. Bursa saham Jepang masih tutup untuk hari libur umum.

Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor 10 tahunan naik setidaknya 1,8 persen pada Jumat, 7 Januari 2022.

Pergerakan positif ini terjadi usai rilis dari nonfarm payrolls pada Desember yang berisi laporan yang terdapat penambahan sekitar 199.000 pekerjaan di akhir tahun itu. Jumlah tersebut jauh di bawah ekspetasi pasar yang mana memproyeksikan penambahan lowongan kerja sebanyak 422.000.

Pekan lalu, laporan dari pertemuan the Federal Reserve AS (The Fed) pada Desember menunjukkan para eksekutf siap secara proaktif memaggil kebalo dukungan kebijakan.

Langkah ini mengindikasikan bank sentral berencana untuk mengecilkan neraca lain di samping menaikkan suku bunga.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 2 halaman

Sentimen di Pasar

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Kasus COVID-19 kian meningkat signifikan di seluruh dunia khususnya varian omicorn yang memiliki kemampuan penularan tinggi. AS, Inggris dan Australia melaporkan rekor jumlah kasus dalam beberapa minggu terakhir ini.

“Studi awal menunjukkan meskipun omicron jauh lebih menular daripada Delta, untungnya potensi menyebabkan rawat inap kecil. Apalagi jika orang tersebut sudah divaksinasi dan mempunyai imun yang baik maka semakin mengurangi risiko rawat inap,” kata Analis ANZ Research dalam catatan pagi, dikutip dari laman CNBC, Senin (10/1/2021).

Sayangnya sisi positif itu masih menyisakan dampak negatif berupa kekurangan pasokan yang terus berkembang biak. Jelas perjalanan rollercoaster inflasi belum berakhir.

Indeks dolar AS naik 0,09 persen ke posisi 95,80. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 115,62. Harga minyak pada jam perdagangan di Asia cenderung turun. Harga minyak Amerika Serikat melemah 0,44 persen menjadi USD 78,55 per barel.

“Ketegangan geopolitik kemungkinan berdampak pada pasar komoditas pekan ini. Pasar gas berada di ujung tanduk karena ketegangan tetap tinggi di Ukraina. Sementara kerusuhan di Kazakhstan mengancam pasokan logam utama,” tulis Analis ANZ Research.

 

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya