Liputan6.com, Jakarta - Kepala laboratorium bioteknologi dan virologi molekuler di University of Cyprus, Dr Leondios Kostrikis mengungkapkan bahwa varian baru COVID-19 telah ditemukan.
Kali ini merupakan perpaduan antara varian Delta dan Omicron yang dinamai dengan Deltacron. Varian baru ini pertama kali ditemukan pada 25 orang di Siprus, sebuah negara di Timur Tengah.
Advertisement
"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta, dan kami menemukan varian ini merupakan kombinasi dari keduanya," ujar Kostrikis pada wartawan dikutip News.co.au, Senin (10/1/2022).
Sebelumnya, ilmuwan lain sempat meragukan penemuan Deltacron sebagai varian baru COVID-19. Mereka mengungkapkan mungkin saja ada kontaminasi di laboratorium. Namun, Kostrikis pun membantah pernyataan tersebut.
"Temuan ini membantah pernyataan yang tidak berdokumen bahwa Deltacron adalah hasil dari kesalahan teknis," kata Kostrikis.
Kostrikis juga menjelaskan, masih diperlukan pemeriksaan lebih lanjut terkait tingkat keparahan atau penularan dari varian Deltacron.
Berdasarkan temuan, varian Deltacron yang pertama kali ditemukan di Siprus memiliki latar belakang genetik yang mirip dengan varian Delta dan beberapa mutasi dari Omicron.
Potensi mutasi
Menurut Kostrikis, frekuensi mutasi varian Deltacron lebih tinggi diantara pasien yang rawat inap dibandingkan dengan yang tidak melakukan rawat inap di rumah sakit.
"Infeksi Deltacron lebih tinggi diantara pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19 daripada pasien yang tidak dirawat. Sehingga kami mengesampingkan adanya hipotesis kontaminasi," kata Kostrikis dikutip Bloomberg.
Profesor genomik mikroba di University of Birmingham Inggris, Nick Loman, juga mengungkapkan bahwa bentuk virus rekombinan memang dapat muncul ketika ada beberapa patogen yang beredar.
Sedangkan, menurut Menteri Kesehatan Siprus, Michael Hadjipantela, varian baru ini belum menjadi variant of concern (VoC), dan rincian lebih lanjut akan diberikan pada keterangan mendatang.
Advertisement