Liputan6.com, Jakarta - Sriwijaya Air menggelar prosesi tabur bunga untuk memperingati setahun insiden jatuhnya pesawat bernomor SJ-182. Prosesi itu dilaksanakan di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang di Kepulauan Seribu, Minggu, 9 Januari 2022.
Kegiatan diawali dengan doa bersama oleh manajemen Sriwijaya Air bersama KNKT dan Basarnas. Prosesi tabur bunga dihadiri secara terbatas untuk menghormati kru dan penumpang SJ-182 yang jadi korban dalam kecelakaan tersebut.
"Bagi Sriwijaya Air, penting untuk memperingati satu tahun musibah kecelakaan jatuhnya SJ-182 ini, karena hal ini sebagai bentuk hormat kami kepada seluruh korban," kata CEO Sriwijaya Air, Capt. Ardhana Sitompul, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, kemarin.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengaku peristiwa tersebut memacu maskapai untuk meningkatkan tingkat keamanan dan kualitas pelayanan di setiap penerbangan. Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021 pukul 14.44 WIB. Pesawat itu dinyatakan hilang kontak sesaat setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 14.36 WIB.
Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pontianak itu mengangkut 62 orang yang terdiri dari 12 kru pesawat, 40 penumpang dewasa, tujuh anak, dan tiga bayi. Tak ada penumpang yang selamat dalam kecelakaan nahas tersebut.
Dikutip dari kanal News Liputan6.com, Direktur Utama Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena, mengakui pesawat sempat mengalami keterlambatan selama 30 menit karena faktor cuaca, yakni hujan deras. Namun, ia memastikan kondisi pesawat dengan kode registrasi PK-CLC itu dalam keadaan laik terbang sebelum lepas landas.
"Kondisi pesawat dalam keadaan sehat, karena ini adalah rute kedua pesawat ini, sebelumnya Pontianak-Jakarta, informasi maintenance semua lancar," ungkapnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Proses Pencarian Korban
Tak lama setelah hilang kontak, berbagai kesaksian bermunculan terkait hilangnya pesawat Sriwijaya Air tersebut. Warga dan nelayan di Kepulauan Seribu mengaku sempat mendengar bunyi dentuman yang sangat kencang. Namun, warga mengira itu suara petir, bukan bunyi dari pesawat yang hilang kontak.
Setelah dipastikan terjadinya kecelakaan, proses pencarian korban dan puing-puing pesawat berjalan intensif. Selama 13 hari, pencariannya mengerahkan 4.300 personel gabungan dengan total 324 kantong jenazah, 64 kantong serpihan kecil pesawat, dan 54 bagian besar pesawat berhasil ditemukan.
"43 jenazah yang sudah berhasil teridentifikasi dari total 62 penumpang pesawat, sebanyak 32 di antaranya sudah teridentifikasi dan dikembalikan kepada keluarga," kata Menteri Perhbungan (Menhub) Budi Karya saat menutup masa pencarian, Kamis 21 Januari 2021.
Sementara, black box pesawat Sriwijaya Air SJ 182 berhasil ditemukan pada Selasa, 12 Januari 2021, sekitar pukul 16.00 WIB. Bagian yang ditemukan lebih dulu adalah Flight Data Recorder (FDR), sedangkan Cockpit Voice Recorder (CVR) belum terdeteksi. Kotak hitam itu merupakan salah satu komponen penting yang harus ditemukan untuk mengungkap penyebab kecelakaan.
Advertisement
Dugaan Penyebab
Proses pencarian CVR black box pesawat masih berlanjut meski operasi pencarian Sriwijaya Air SJ 182 ditutup pada 21 Januari 2021. Setelah mengubah metode pencarian, CVR akhirnya berhasil ditemukan pada Selasa, 30 Maret 2021.
Dari hasil investigasi sementara, ditemukan beberapa fakta seperti mesin pesawat yang masih hidup sebelum pesawat membentur air. Hal itu juga diketahui dari temuan turbin pesawat yang rontok.
Hingga saat ini, KNKT belum menyampaikan hasil laporan investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 secara menyeluruh. KNKT menargetkan, investigasi kecelakaan pesawat ini baru akan rampung pada pertengahan 2022.
Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
Advertisement