Liputan6.com, Beijing - Salah satu bagian The Great Wall atau Tembok Besar China yang berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) runtuh setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,9 melanda Provinsi Qinghai, China Barat Laut pada Sabtu 8 Januari 2022 tengah malam di kedalaman 10 kilometer.
Menurut pemberitaan Global Times, Selasa (11/1/2022), Tembok Besar China runtuh sepanjang dua meter di daerah Shandan, Provinsi Gansu, China Barat Laut, yang berjarak 114 kilometer dari pusat gempa di daerah Menyuan, di Prefektur Otonomi Tibet Haibei di Qinghai.
Advertisement
Setelah gempa yang kuat, pihak berwenang China mengorganisir pemeriksaan peninggalan budaya lokal dan menemukan situs runtuh. Perlindungan utama telah dipasang dan pekerjaan perbaikan dan restorasi sedang dalam proses.
Sejauh ini tidak ada laporan kematian akibat gempa bumi yang memicu runtuhnya Tembok Besar China itu, tetapi sembilan orang terluka. Delapan di antaranya dipulangkan dari rumah sakit dan satu masih dalam pengawasan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gempa Melanda Lokasi Jarang Penduduk
Gempa melanda daerah yang jarang penduduknya, tetapi beberapa kota besar merasakan getarannya.
Shi Yucheng, kepala Badan Gempa Gansu, mengatakan kepada media bahwa daerah pemukiman terdekat berjarak 40 kilometer dari pusat gempa, yang berada di sabuk gempa dan penduduk setempat terbiasa menghadapi gempa.
Dalam pertempuran lokal melawan kemiskinan, rumah-rumah penduduk ditingkatkan atau diperbaharui agar tahan gempa, yang juga berkontribusi untuk mengurangi korban dalam gempa bumi sebesar itu, kata Shi.
Pada tanggal 14 April 2010, gempa berkekuatan magnitudo 7,1 melanda Prefektur Otonomi Yushu Tibet di Qinghai, menyebabkan 2.698 orang tewas dan 270 hilang. Lebih dari 90 persen rumah penduduk setempat runtuh akibat gempa dan beberapa gempa susulan yang kuat.
Advertisement