Tersengat Vaksin Booster COVID-19, Cermati Hal Ini Sebelum Lirik Emiten Farmasi

Vaksinasi booster COVID-19 akhirnya diberikan gratis kepada masyarakat mulai 12 Januari 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Jan 2022, 21:40 WIB
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah akan mulai melakukan vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau booster mulai Rabu, 12 Januari 2022. Vaksinasi booster akhirnya diberikan gratis kepada masyarakat.Mula-mula, vaksin booster diberikan kepada kelompok prioritas yakni bagi lanjut usia (lansia) dan kelompok rentan.

Adapun syarat dan ketentuan untuk mendapatkan vaksinasi ketiga ini adalah calon penerima sudah menerima vaksin COVID-19 dosis kedua lebih dari 6 bulan sebelumnya.Sehubungan dengan itu, emiten farmasi disebut bakal kebagian berkah tetapi tidak semuanya.

Pengamat Pasar dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada menyebutkan, hanya emiten-emiten yang terlibat dalam pengadaan vaksin booster yang berpeluang ketiban untung.

"Perlu kita lihat emiten farmasi mana saja yang terlibat dalam kegiatan vaksin tersebut. Tentunya tidak semuanya. Hanya sejumlah perusahaan farmasi saja yang terlibat,” kata Reza kepada Liputan6.com, Selasa (11/1/2022).

Adapun salah satu emiten yang saat ini dipastikan kebagian ‘kue’ vaksinasi booster yakni PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA). Melalui PT Oneject Indonesia (Oneject), IRRA telah memulai produksi alat suntik Auto Disable Syringe (ADS) dengan ukuran 0,15 ml dan 0,25 ml untuk mendukung program vaksinasi booster yang akan dimulai Pemerintah pada 12 Januari 2022.

Secara industri, Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan berpandangan, sektor kesehatan masih akan menjadi sektor yang memiliki pertumbuhan GDP sektoral tertinggi di tahun ini, bersama dengan sektor telekomunikasi dan komoditi.

"Sama seperti performa mereka di tahun lalu. Emiten-emiten di sektor farmasi membukukan kinerja (9M2021) yang sangat baik, sejalan dengan realisasi sektor kesehatan yang juga tumbuh tinggi (GDP Q3-2021). Jadi untuk performa tahun ini masih akan berlanjut,” ujar Alfred.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Strategi Emiten Farmasi

Karyawan berjalan di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sehubungan dengan pelaksanaan program vaksin booster, Alfred menilai hal itu menunjukkan sulitnya lepas secara total dari covid-19.

Pada saat bersamaan, permintaan terhadap alat-alat kesehatan obat dan produk kesehatan terkait penanganan Covid masih akan bertahan. Adapun pemilihan saham di sektor farmasi, selain melihat potensi pertumbuhan, perlu juga melihat realisasi performa (historis).

"Yang jelas produk-produk yang berhubungan dengan Covid masih akan kuat permintaannya untuk pasar domestik, apalagi untuk pasar global seperti vaksin, alat suntik, rapid test, obat-obatan untuk Covid-19,” kaa Alfred.

Selain itu, hal yang juga perlu menjadi perhatian adalah strategi emiten farmasi tersebut mempertahankan performa pasca pandemi Covid-19.

Alfred memandang, permintaan alat kesehatan untuk penanganan covid-19 akan berkurang pasca pandemi, tetapi belanja atau konsumsi untuk alat kesehatan secara keseluruhan masih akan tumbuh.

"Di sini dibutuhkan perusahaan farmasi yang bisa terus berinovasi menghasilkan atau memiliki produk-produk baru yang akan menjadi sumber pertumbuhan perusahaan ke depan," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya