Liputan6.com, Jakarta - Sebuah drone berhasil menyelamatkan nyawa seorang pria di Swedia dengan cara mengirimkan defibrillator ketika ia mengalami henti jantung atau cardiac arrest.
Saat itu, pria 71 tahun tersebut mengalami henti jantung ketika sedang menyekop salju pada bulan Desember.
Advertisement
Ketika pasien mengalami kondisi itu, seorang saksi yang kebetulan juga dokter bernama Ali Mustafa, melihat pria tersebut pingsan dari dalam mobil saat sedang pergi ke rumah sakit.
"Saya segera mengerti ada sesuatu yang salah dan bergegas untuk membantu," kata Ali seperti dikutip dari laman Everdrone, Kamis (13/1/2022).
Ali menceritakan, pasien saat itu tidak memiliki denyut nadi, sehingga ia mulai melalui CPR (cardiopulmonary resuscitation). Dia juga meminta orang lain menelepon nomor darurat 112.
Sekitar tiga menit kemudian, sebuah drone datang membawa defibrillator di atas kepalanya. Ali pun menggunakannya untuk menyelamatkan nyawa pria tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Contoh Nyata yang Baik
Sistem pengiriman drone di region Västra Götaland ini dikembangkan dan dioperasikan oleh Everdrone, sebuah perusahaan solusi drone otonom, dalam program Emergency Medical Aerial Delivery service (EMADE).
Mereka mengembangkan dan meningkatkan layanan itu dengan kemitraan dengan Center for Resuscitation Science at Karolinska Institutet, SOS Alarm and Region Västra Götaland.
Mats Sällström, CEO Everdrone mengatakan, ini adalah contoh nyata yang sangat baik tentang bagaimana teknologi drone mereka dapat meminimalkan waktu untuk akses ke peralatan AED (Automated External Defibrillator) yang menyelamatkan jiwa.
Everdrone menyebut, 275 ribu pasien di Eropa dan 350 ribu pasien di AS, mengalami Out-of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) atau henti jantung di luar rumah sakit setiap tahunnya.
Advertisement
Perlu Bantuan Secepatnya
"Sekitar 70 persen OHCA terjadi di rumah pribadi tanpa AED di lokasi, dan waktu respons ambulans seringkali terlalu lama untuk menyelamatkan nyawa pasien," kata Everdrone.
Menurut perusahaan, peluang bertahan hidup turun 7 sampai 10 persen setiap menitnya, setelah pasien kolaps. Ini membuat kelangsungan hidup di antara pasien OHCA hanya 10 persen.
"Jika bukan karena drone saya mungkin tidak akan berada di sini", kata pasien tersebut yang sudah sembuh total.
"“Ini adalah teknologi yang benar-benar revolusioner yang perlu diterapkan di mana-mana, serangan jantung mendadak dapat terjadi pada siapa saja, tidak hanya orang tua dengan arteriosklerosis," imbuhnya.
(Dio/Ysl)
Infografis 9 Tips Lansia Tetap Sehat Bebas Covid-19
Advertisement