Alasan Investasi Jadi Solusi di Tengah Inflasi Tinggi

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, investasi menjadi pilihan yang tepat saat terjadi inflasi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Jan 2022, 17:46 WIB
Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Mayofi)

Liputan6.com, Jakarta - - Kondisi ekonomi pada 2022, selain masih dibayangi pandemi covid-19, juga diwarnai inflasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Buntut dari kondisi tersebut, harga komoditas pangan hingga energi berpotensi meroket.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai, investasi menjadi pilihan yang tepat saat terjadi inflasi. Investasi ini, selain dimaksudkan untuk melindungi aset juga bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.

"Kenapa harus mendorong investasi lebih banyak, termasuk untuk mempelajari produk investasi sekaligus menambah nominal di akun investasi kita? Karena di 2022 tantangannya adalah inflasi," kata Bhima dalam Webinar Pluang, Rabu (12/1/2022).

Bhima menambahkan, bahkan The Fed mengatakan inflasi yang terjadi bukan hanya transisi, tapi juga akan berkelanjutan sampai 2022.

Ia menerangkan, jika harga barang secara umum naik, maka akan dapat menggerus nilai riil dari aset yang dimiliki. Sehingga perlu untuk mencari alternatif investasi yang berikan keuntungan lebih tinggi.

"Kalau inflasi meningkat, ada tekanan kenaikan suku bunga acuan, efeknya orang akan cari return yang lebih menarik. Salah satunya yang menarik di 2022 adalah surat utang,” ujar Bhima.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Imbal Hasil Surat Utang Pemerintah Bakal Naik

Ilustrasi investasi (Foto: Unsplash/Austin Distel)

Imbal hasil surat utang pemerintah diperkirakan bisa naik 23-50 basis poin (bps) pada semester II 2022. Namun, Bhima mengatakan juga masih mencermati kebijakan The Fed dan respon Bank Indonesia. Selain surat utang, beberapa saham dinilai masih cukup menarik untuk dicermati.

Sebagai contoh, Bhima menyebur ada saham komoditas yang saat ini tengah naik daun. Sektor manufaktur juga sedang pulih dan yang paling sensitif terhadap pemulihan konsumsi, Bhima menyebutkan sektor ritel atau perdagangan.

"Jadi beberapa emiten saham juga menarik untuk dikoleksi dan ini adalah waktu untuk berpikir apakah return produk kita mampu mengalahkan inflasi,” ujar dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya