Liputan6.com, Phnom Penh - Tikus pahlawan bernama Magawa dikabarkan mati. Binatang pengerat itu jadi sorotan karena kepiawaiannya sebagai pendeteksi ranjau, bahkan sampai dianugerahi medali emas atas jasanya mendeteksi ranjau di Kamboja.
"Tikus pahlawan pendeteksi ranjau Magawa, yang dianugerahi medali emas atas jasanya mendeteksi ranjau di Kamboja, mati pada usia delapan tahun," kata badan amal Apopo dalam sebuah rilis berita pada Selasa 11 Januari 2022.
Advertisement
Apopo adalah organisasi nirlaba yang melatih tikus berkantung raksasa Afrika untuk menyelamatkan nyawa dengan mendeteksi ranjau darat dan tuberkulosis.
Mengutip Xinhua, Kamis (13/1/2022), selama lima tahun kariernya Magawa menemukan lebih dari 100 ranjau darat dan bahan peledak lainnya, membuatnya menjadi tikus pahlawan paling sukses yang dilatih Apopo hingga saat ini.
"Tikus pahlawan Magawa berpulang dengan damai akhir pekan ini," kata rilis berita itu. "Magawa dalam keadaan sehat dan menghabiskan sebagian besar pekan lalu bermain dengan antusiasme biasanya, tetapi jelang akhir pekan dia mulai melambat, lebih banyak tidur siang dan menunjukkan penurunan nafsu makan di hari-hari terakhirnya."
"Kontribusinya memungkinkan masyarakat di Kamboja untuk hidup, bekerja, dan bermain, tanpa takut kehilangan nyawa atau anggota tubuh," imbuh Apopo.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pensiun Bulan Juni 2021
Pada September 2020, Magawa dianugerahi medali emas dari badan amal kedokteran hewan Inggris, People's Dispensary for Sick Animals, atas jasanya mendeteksi ranjau darat di Kamboja sebelum dia pensiun pada Juni tahun lalu.
Magawa lahir dan dilatih di Tanzania oleh Apopo untuk mendeteksi aroma bahan kimia eksplosif yang digunakan dalam ranjau darat dan menunjukkannya kepada pawangnya.
Konflik regional dan internal menjadikan Kamboja sebagai salah satu negara terdampak perang yang paling banyak memiliki sisa-sisa ranjau dan bahan peledak. Diperkirakan ada 4 hingga 6 juta ranjau darat dan amunisi lainnya yang tersisa dari konflik yang berlangsung hampir tiga dekade.
Ledakan ranjau darat dan unexploded ordnance (UXO) menewaskan 11 orang dan melukai 33 lainnya di Kamboja pada tahun lalu, kata sebuah laporan pemerintah, seraya menambahkan bahwa dari 1979 hingga 2021, ledakan ranjau darat dan UXO menewaskan sedikitnya 19.808 orang dan membuat 45.156 lainnya terluka atau harus diamputasi.
Advertisement