Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin bisa dua kali lipat menjadi USD 75.000 atau sekitar Rp 1,07 miliar (asumsi kurs Rp 14.308 per dolar AS) pada 2022 karena semakin banyak investor institusional mulai merangkul Bitcoin sebagai salah satu cryptocurrency terbesar di dunia, menurut CEO bank Swiss Seba.
"Kami percaya harga akan naik,” kata CEO bank Swiss Seba, Guido Buehler, pada Konferensi Keuangan Kripto di St. Moritz, Swiss, seperti dikutip dari CNBC, Kamis (13/1/2022).
Advertisement
"Model penilaian internal kami menunjukkan harga akan menjadi sekitar USD 50.000 dan USD 75.000. Saya cukup yakin kita akan melihat level itu. Pertanyaannya selalu tentang waktu,” lanjut Buehler.
Setelah sempat melonjak ke level tertinggi sepanjang masa yaitu USD 69.000 pada November lalu, Bitcoin kemudian runtuh selama beberapa bulan terakhir dan harganya sempat jatuh di bawah USD 40.000 pada Senin. Hal itu berarti harga Bitcoin melayang di dekat posisi terendah yang tidak terlihat sejak September.
Ketika ditanya apakah Bitcoin akan menguji level rekor seperti tahun lalu, Buehler berpikir begitu, tetapi dia juga menekankan volatilitas Bitcoin akan tetap tinggi.
Buehler menuturkan, investor institusional akan membantu meningkatkan harga bitcoin pada 2022.
"Uang institusional mungkin akan mendorong harga naik. Kami bekerja sebagai bank yang diatur sepenuhnya. Kami memiliki kumpulan aset yang mencari waktu yang tepat untuk berinvestasi,” ujar Buehler.
Sebelum meminta persetujuan regulator, Buehler mengatakan, Seba Bank melihat teknologi yang dapat menggerakkan cryptocurrency dan menyimpulkan itu akan mendefinisikan kembali keuangan.
Adapun CEO dompet kripto Ledger, Pascal Gauthier, memiliki pendapat lain dari Buehler. Gauthier mengatakan kepada CNBC, saat ini ada yang disebut "tren ritel” dalam Bitcoin.
"Mereka semakin mempercayai Bitcoin dan orang-oranglah yang akan mendorong harga naik,” kata Gauthier.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tergantung Penerimaan Institusional
Di tempat lain, kapitalis ventura California Bill Tai mengatakan kepada CNBC Rabu, dari Swiss ada “goyangan lain” di pasar crypto.
"Saya tidak tahu kapan akan naik, tapi akan naik lagi,” kata Bill.
Dia juga menambahkan, cryptocurrency adalah inti dari penerimaan institusional.
Penurunan harga minggu ini terjadi karena kenaikan imbal hasil Treasury dan prospek suku bunga bank sentral yang lebih tinggi. Hal tersebut mengarahkan investor untuk melepaskan posisi dalam aset yang berisiko dan berorientasi pada pertumbuhan.
Penurunan di pasar cryptocurrency mengikuti perdagangan kasar yang terjadi selama seminggu untuk ekuitas, terutama pada saham-saham momentum. Ketika imbal hasil Treasury AS 10 tahun melonjak pada awal 2022, investor telah beralih ke aset yang lebih bernilai.
Advertisement