Kecerdasan Buatan Bisa Kurangi Intensitas Terapi Radiasi dan Kemoterapi Pasien Kanker

Para peneliti menggunakan alat kecerdasan buatan yang serupa dengan yang mereka kembangkan selama dekade terakhir di Center for Computational Imaging and Personal Diagnostics (CCIPD) di Case Western Reserve.

oleh M Hidayat diperbarui 15 Jan 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Case Western Reserve University telah menggunakan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi pasien dengan kanker kepala dan leher tertentu.

Para peneliti menggunakan alat kecerdasan buatan yang serupa dengan yang mereka kembangkan selama dekade terakhir di Center for Computational Imaging and Personal Diagnostics (CCIPD) di Case Western Reserve.

Dalam kasus ini, mereka meminta alat itu menganalisis gambar digital dari sampel jaringan yang telah diambil dari 439 pasien kanker dari enam sistem rumah sakit dengan jenis kanker kepala dan leher. Jenis kanker ini dikenal sebagai kanker orofaring positif HPV.

Hasilnya, mereka mengungkap subset pasien yang mungkin mendapat manfaat dari pengurangan dosis terapi radiasi dan kemoterapi secara signifikan. Selanjutnya mereka berencana untuk menguji akurasi hasil kecerdasan buatan ini di dalam uji klinis.

Penelitian yang dipimpin oleh Anant Madabhushi, direktur CCIPD dan Profesor Teknik Biomedis di Donnell Institute di Case School of Engineering, bersama dengan Germán Corredor Prada, ko-peneliti di laboratorium CCIPD, ini terbit di Journal of National Cancer Institute.

Adapun judul penelitian adalah "An Imaging Biomarker of Tumor-Infiltrating Lymphocytes to Risk-Stratify Patients With HPV-Associated Oropharyngeal Cancer".

"Kita telah merawat banyak pasien dengan kemoterapi dan radiasi yang tidak mereka butuhkan karena kita tidak memiliki cara untuk mengetahui pasien mana yang akan mendapat manfaat dari deeskalasi," ujar Madabhushi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kurangi Toksisitas Terapi Radiasi

Puasa bisa mencegah kanker (Ilustrasi/iStockphoto)

Madabhushi mengatakan, mengurangi intensitas radiasi untuk pasien juga dapat membantu memperkecil "toksisitas terapi radiasi".

Itu berarti, para pasien dapat mengalami lebih sedikit efek samping seperti mulut kering, disfungsi menelan, dan perubahan rasa.

"Sudah ada uji klinis nasional yang sedang menyelidiki pengurangan terapi radiasi dan intensitas kemoterapi pada pasien kanker orofaring positif HPV," tutur Shlomo Koyfman, peneliti di Klinik Cleveland dan kolaborator di penelitian ini.

Namun, kata dia, tantangannya adalah memilih pasien yang ideal untuk pengurangan terapi secara tepat.

"Alat klasifikasi pencitraan ini dapat membantu kami memilih pasien dengan lebih baik untuk paradigma pengobatan baru ini," ujar Koyfman.

 


Kualitas Hidup Lebih Baik bagi Pasien

Perhatikan Makanan Apa Saja yang Boleh Dikonsumsi Oleh Pasien Kanker (Ilustrasi/iStockphoto)

Germán Corredor Prada, peneliti di lab CCIPD, mengatakan, para peneliti lainnya sedang menguji apakah mengurangi intensitas pengobatan dapat bermanfaat bagi beberapa pasien kanker ini.

Namun, temuan baru ini, jika divalidasi dalam uji coba klinis dapat memberikan alat bagi dokter untuk membuat keputusan lebih baik tentang siapa yang harus mendapatkan kemoterapi atau terapi radiasi.

"Mungkin kita dapat mengurangi intensitas pengobatan untuk beberapa orang dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik karena kemoterapi dan radiasi sering memiliki efek samping yang sangat kuat," kata Corredor.


Infografis Tentang Kanker

Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker? (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya