Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Kamis, 13 Januari 2022 seiring kenaikan di saham teknologi memudar. Hal itu menghapus kenaikan saham teknologi dari awal pekan ini.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 1,42 persen menjadi 4.659,03. Indeks Nasdaq tergelincir 2,51 persen menjadi 14.806,81. Indeks Dow Jones merosot 176,70 poin menjadi 36.113,62 setelah naik lebih dari 200 poin pada hari sebelumnya.
Advertisement
Saham teknologi kapitalisasi besar tertekan dipicu saham Amazon melemah 2,4 persen dan Microsoft susut 4,2 persen.
Hal itu membebani indeks Nasdaq. Saham Snap merosot sekitar 10 persen, sementara itu saham Virgin Galactic tergelincir hampir 19 persen setelah perusahaan mengumumkan penawaran utang. Saham Tesla turun lebih dari enam persen.
Penurunan di sektor teknologi mengakhiri reli tiga hari untuk indeks Nasdaq. Saham teknologi teknologi telah bergejolak memulai 2022 seiring bank sentral AS atau the Federal Reserve isyaratkan akan perangi inflasi secara agresif pada 2022 termasuk kenaikan suku bunga dan berpotensi kurangi neraca.
“Ketika the Fed bukan kawan Anda, Anda menjual saham dan meminta keluar dari (saham-red) teknologi,” ujar Peter Boockvar dari Bleakley Advisory Group dilansir dari CNBC, Jumat (14/1/2022).
Laporan pendapatan yang kuat memberikan beberapa hal positif untuk pasar pada Kamis pekan ini. Saham Delta Air Lines membukukan keuntungan dan pendapatan, serta memberikan kembali panduan penuh kinerja 2022.
Sentimen itu membawa saham Delta Air Lines naik lebih dari dua persen. Saham KB Home menguat lebih dari 16 persen setelah melaporkan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gerak Saham di Wall Street
Di sisi lain, saham Boeing naik hampir tiga persen menyusul laporan Bloomberg News kalau 737 Max dapat melanjutkan layanan di China pada bulan ini.
Adapun pergerakan wall street pada Kamis pekan ini seiring laporan inflasi menunjukkan kenaikan harga yang tinggi secara historis tetapi tidak seburuk yang ditakuti sejumlah ekonom.
Indeks harga produsen Desember naik 0,2 persen month over month. Indeks harga produsen itu di bawah perkiraan ekonom 0,4 persen. Namun, indeks harga produsen naik 9,7 persen dari year over year yang merupakan rekor tertinggi sejak 2010.
Laporan tersebut mengikuti indeks harga konsumen pada Desember yang meningkat 7 persen year over year, berdasarkan Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja. Inflasi tersebut tertinggi sejak 1982. Namun, laporan itu sebagian besar sesuai harapan.
“Kami memperkirakan imbal hasil obligasi 10 tahun AS akan bergerak menjadi sekitar 2 persen dalam beberapa bulan mendatang, karena investor mencerna sikap the Fed yang lebih hawkish bersama dengan pembacaan inflasi yang lebih tinggi,” tutur Ekonom Senior UBS Brian Rose.
Ia menuturkan, pihaknya tidak melihat kenaikan imbal hasil tajam yang akan membahayakan reli. “Inflasi year over year mencapai puncaknya pada kuartal pertama dan surut sepanjang tahun,” tutur dia.
Advertisement
Rilis Kinerja Keuangan
Musim laporan pendapatan pada kuartal IV dimulai pekan ini dengan beberapa bank besar melaporkan pada Jumat pekan ini. Analis memperkirakan pendapatan kuartal IV naik 22,4 persen, berdasarkan Refinitiv. Namun, panduan untuk 2022 dari perusahaan akan menjadi penentu utama untuk tindakan pasar.