Liputan6.com, Jakarta - Beberapa tahun terakhir, industri kecantikan terus berkembang. Bukan hanya dari jenis skincare atau kosmetik saja yang selalu hadirkan inovasi baru, kini salon kecantikan dan klinik kecantikan pun berlomba-lomba untuk menjadi unggul. Bahkan bisa dibilang, klinik kecantikan semakin menjamur karena peminatnya semakin banyak.
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, banyak klinik kecantikan baru dibuka. Ada yang berdiri sendiri, ada juga yang membuka cabang di satu kota atau di kota lain. Saat pandemi, usaha salon maupun klinik kecantikan termasuk yang sangat terdampak karena harus tutup selama beberapa waktu.
Kini saat pandemi di Indonesia mulai agak membaik, klinik kecantikan baru kembali bermunculan. Lalu bagaimana dengan salon kecantikan? Apakah mereka kalah bersaing dengan klinik kecantikan?
Baca Juga
Advertisement
Keberadaan klinik kecantikan yang kian menjamur terutama di sejumlah kota besar di Indonesia, menurut beberapa pengusaha salon tidak terlalu berdampak pada usaha mereka. Klinik kecantikan dianggap bukan pesaing salon kecantikan.
Hal itu dikatakan Melly, pemilik Melly Salon di kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat pada Liputan6.com, Jumat, 14 Januari 2022. Menurut Melly, salonnya yang biasanya ramai memang sempat sepi dan bahkan harus tutup selama beberapa bulan, bukan karena kalah bersaing dengan klinik kecantikan tapi karena pandemi.
"Waktu awal pandemi ya terpaksa tutup dulu karena sepi banget, waktu itu kan masih PSBB, masih banyak yang belum berani keluar rumah. Bukan cuma salon, klinik-klinik kecantikan juga sepi dan sempat harus tutup juga," tuturnya.
Setelah sekitar empat bulan, Melly mencoba membuka kembali salon miliknya. Pelanggannya sudah mulai ada yang datang tapi masih sangat sedikit. Sebelum pandemi, ia bisa menerima sekitar 15 sampai 25 pelanggan dalam sehari, tapi saat buka kembali di masa pandemi, sehari hanya ada dua sampai tiga pelanggan dalam sehari.
"Kalau sekarang sudah mulai ramai,ya belum seramai waktu sebelum pandemi tapi sudah lebih baik. Kita juga harus menerapkan protokol kesehatan jadi pelanggan merasa tenang dan nyaman kalau datang ke salon," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Layanan Memanjakan Diri
Melly menambahkan, salon lebih banyak memberi layanan untuk memanjakan diri, seperti creambath, manicure dan pedicure, bahkan kini di salon kita bisa lakukan tanam bulu mata untuk menambah kepercayaan diri. "Kalau klinik kecantikan menyediakan pelayanan kesehatan kulit seperti facial, chemical peeling, menghilangkan jerawat dengan penangangan yang dilakukan oleh dokter profesional menggunakan alat yang sudah berteknologi. Kalau di salon kan lebih ke perawatan atau yang ringan-ringan saja," terangnya.
Segmen pasarnya menurut Melly juga berbeda. Klinik kecantikan tentunya lebih menyasar konsumen kalangan menengah keatas. Sementara salon kecantikan menyasar konsumen kalangan menengah ke bawah. "Ada juga salon kecantikan untuk kelas menengah keatas, tapi pada dasarnya layanannya hampir sama dengan salon lainnya, hanya beda fasilitas dan mungkin juga peralatannya," lanjut Melly.
Hal senada juga diungkapkan Yulia Astuti, founder dan CEO Moz5 Salon Muslimah. Menurut Yulia, penurunan pengunjung terjadi karena pandemi dan hal itu juga dialami klinik kecantikan.
"Tidak ada pengaruh yang signifikan dengan semakin banyaknya klinik kecantikan belakangan ini. Konsep salon dan klinik kecantikan kan beda, masing-masing punya keunggulan dan customer yang loyal. Jadi saling melengkapi aja," terang Yulia pada Liputan6.com, Jumat, 14 Januari 2022.
Yulia menambahkan, sekarang ini jumlah kunjungan maupun pelanggan sudah mulai meningkat karena situasinya sudah lebih membaik dibandingkan saat awal pandemi. Di Moz5 sendiri, perawatan rambut masih jadi favorit para pelanggan mereka.
Advertisement
Saling Melengkapi
Menjamurnya klinik kecantikan juga diakui Koko Kriuk, pemilik klinik Dermapro SF. Bagi Koko, hal itu sudah lumrah karena perawatan tubuh dan wajah sudah termasuk kebutuhan utama saat ini, baik untuk pria maupun wanita.
"Justru dengan maraknya klinik kecantikan kita sendiri sebagai pengusaha klinik kecantikan harus selalu berinovasi dengan perkembangan kecantikan. Jadi mau sebanyak apapun pesaingnya orang-orang tetap trust dan percaya menggunakan jasa kita," terangnya pada Liputan6.com, Jumat, 14 Januari 2022.
Menurut pria yang juga punya usaha produk skincare ini, salon kecantikan dan klinik kecantikan bisa saling melengkapi. Namun harus ada aturan tegas, dimana salon harus melakukan tindakan yang hanya sebatas salon. "Soalnya , baru baru ini marak ditemukan izinnya salon kecantikan tapi tindakannya seperti klinik kecantikan, ini yang kita musti waspadai. Karena di klinik kecantikan harus ada ada supervisi oleh dokter langsung," jelasnya.
Namun ada beberapa oknum yang nakal memanfaatkan salon kecantikan dengan tidak benar. Bagi Koko, salon dan klinik kecantikan punya segmen dan kelebihan masing-masing. Di klinik Dermapro SF, menurut Koko, sejauh ini sudah kembali berkembang pesat di masa pandemi ini.
Beberapa perawatan yang banyak disukai, di antaranya adalah treatment rambut yang lagi tren seperti untuk mengatasi kerontokan atau rambut rusak akibat pewarnaan. "Ada juga facial intant yang langsung bikin glowing, lalu perawatan DNA salmon yang tentunya harga lebih terjangkau , didampingi dokter profesional dan tentunya hasil yang instan aman," terangnya.
Tren Perawatan di Klinik Kecantikan Tahun 2022
Advertisement