Liputan6.com, Jakarta Pada 14 Januari 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rekomendasi penggunaan dua obat terbaru untuk COVID-19. Adanya rekomendasi ini memberikan lebih banyak pilihan untuk mengobati COVID-19.
Obat pertama, yaitu Baricitinib, sangat direkomendasikan untuk pasien COVID-19 yang parah atau kritis. Ini adalah bagian dari kelas obat, yang disebut inhibitor Janus kinase (JAK) yang menekan stimulasi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. WHO merekomendasikan agar diberikan dengan kortikosteroid.
Baca Juga
Advertisement
Baricitinib adalah obat oral yang digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis--peradangan sendi. Ini memberikan alternatif untuk obat radang sendi lain, yang disebut penghambat reseptor Interleukin-6, yang direkomendasikan oleh WHO pada Juli 2021.
Kedua, WHO secara kondisional merekomendasikan penggunaan obat antibodi monoklonal, Sotrovimab untuk mengobati COVID-19 gejala ringan atau sedang. Dalam pernyataan resmi WHO yang diterima Health Liputan6.com, Sabtu (15/1/2022), Sotrovimab ditujukan kepada pasien yang berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.
Sasarannya termasuk pasien lansia, immunocompromised--gangguan sistem kekebalan, memiliki kondisi mendasar, seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas, serta mereka yang tidak atau belum divaksinasi.
Sotrovimab adalah obat alternatif jenis casirivimab-imdevimab, koktail antibodi monoklonal yang direkomendasikan WHO pada September 2021. Studi sedang berlangsung tentang efektivitas antibodi monoklonal terhadap Omicron, tetapi studi laboratorium awal menunjukkan, Sotrovimab mempertahankan efektivitasnya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Baricitinib dan Sotrovimab Sudah Dinilai Kemanjuran
Dua obat baru yang direkomendasikan, yakni Baricitinib dan Sotrovimab telah memeroleh WHO Prequalification, yang menilai kualitas, kemanjuran dan keamanan produk kesehatan prioritas untuk meningkatkan akses di negara-negara berpenghasilan rendah.
Rekomendasi kedua obat di atas merupakan pembaruan kedelapan, WHO’s living guidelines on therapeutics and COVID-19, yang didasarkan pada bukti dari tujuh uji coba yang melibatkan lebih dari 4.000 pasien dengan COVID-19 yang tidak parah, parah, dan kritis.
WHO juga sedang berdiskusi dengan produsen obat untuk mengamankan kapasitas pasokan global dan akses yang adil dan berkelanjutan ke terapi yang baru direkomendasikan.
Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A) Therapeutics terlibat dengan perusahaan farmasi untuk mencari rencana akses yang komprehensif untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga perawatan ini dapat diterapkan dengan cepat di mana-mana, tidak hanya di negara kaya.
ACT-A juga ingin memperluas cakupan lisensi untuk membuat produk obat lebih terjangkau.
Advertisement