Liputan6.com, Jakarta - Pertengahan pekan ini, cuaca beku di kota Seoul, Korea Selatan, tidak mematahkan semangat orang-orang membeli tas Chanel. Allkpop melaporkan, Sabtu, 15 Januari 2022, di tengah suhu -13 derajat celcius, orang-orang berkemah dalam antrean di depan gerai rumah mode tersebut.
Beberapa bahkan begadang semalaman di jalan di depan department store di Myeong-dong, Seoul. Puluhan orang juga mengantre di depan department store mewah, seperti Shinsegae Department store dan Lotte Department store di Seoul.
Ada sekitar 25 orang yang ditemukan berbaris di depan department store tersebut pada pukul 07.30. Namun, sekitar pukul 10 pagi, hanya 30 menit sebelum department store dibuka, sudah lebih dari 100 orang yang mengantre.
Baca Juga
Advertisement
Banyak dari orang-orang ini berpakaian lengkap, mengenakan long padded jacket. Beberapa di antara mereka bahkan membawa tenda dan kantong tidur. Ini adalah perlombaan untuk membeli produk sebelum stok habis.
Untuk itu, ada beberapa orang yang mengaku sudah mengantre sejak malam sebelumnya. Menurut mereka, calon pembeli harus tiba sebelum pukul 6 pagi untuk mendapatkan nomor tiket tunggu yang ada di dalam urutan 20 pertama.
Oh (43 tahun) menyebut, ia menerima tiket tunggu nomor dua setelah mengantri mulai pukul 9 malam sebelumnya. "Saya datang ke sini untuk membeli tas Chanel untuk pacar saya. Ini pertama kalinya saya menunggu di depan toko seperti ini dan tidak mudah karena cuacanya juga dingin," katanya.
Ia menambahkan, "Saya mengambil cuti dan datang untuk mengantre. Saya pikir, sekarang adalah saat barang-barang mewah paling murah karena harganya naik setiap hari. Jadi, saya pikir itu akan jadi investasi yang bagus karena saya bisa menjualnya nanti."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menciptakan Lapangan Pekerjaan Baru
Menurut firma riset pasar, Euromonitor, pasar Korea untuk barang-barang mewah meningkat sebesar 14,1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), naik sebesar 4,6 persen. Kelompok usia konsumen barang mewah juga meningkat karena 50 persen di antara mereka berusia 20-an dan 30-an.
Dengan permintaan barang-barang mewah yang meningkat secara signifikan, ada lapangan kerja baru yang tercipta, yakni layanan jasa mengantre untuk memberi barang-barang tersebut. Lim (usia 39), yang berdiri di luar Lotte Department store, menyatakan bahwa ia memperoleh 600 ribu won (Rp7,2 juta) hanya dengan mengantre untuk orang lain beberapa kali.
Para ahli berspekulasi bahwa peningkatan konsumsi barang-barang mewah disebabkan pandemi COVID-19. Lee Eun Hee, seorang profesor konsumerisme di Universitas Inha menjelaskan, "Konsumen melepaskan perasaan tertekan dan keterbatasan yang disebabkan COVID-19 melalui pembelian barang-barang mewah."
"Barang-barang mewah ini jumlahnya terbatas, sehingga orang-orang menemukan kesenangan dalam membelinya. Juga, mereka menganggapnya sebagai bentuk investasi," sambungnya.
Advertisement
1 Tas per Tahun
Sebelumnya, Chanel telah membatasi jumlah pembelian tas pelanggan mereka di Korea Selatan: maksimal satu tas per tahun. Menurut Hankook Ilbo, surat kabar harian Korea Selatan, Chanel Korea menerapkan kebijakan bahwa setiap pelanggan hanya dapat membeli satu tas flap Timeless Classic dan satu tas tangan Coco Handle per tahun.
Aturan yang sama juga berlaku untuk barang-barang yang dikategorikan sebagai barang berbahan kulit ukuran kecil, terutama dompet dan pouch. SCMP melaporkan, langkah itu diambil menyusul peningkatan penjualan kembali tas Chanel.
Ada fenomena yang muncul terkait produk brand tersebut di Korea, yakni melakukan open run. Open run merupakan aksi sejumlah orang yang secara bersama-sama dan cepat memasuki sebuah toko sesaat setelah dibuka. Mereka umumnya mengantre berjam-jam untuk memasuki toko secepat mungkin agar peluang mendapat barang yang diinginkan semakin tinggi.
Sistem open run ini sangat kompetitif, dengan para reseller mulai mengantre di depan toko di Myeong-dong menggunakan kursi kemah. Mereka menunggu hingga pintu toko terbuka dan langsung berlarian ke enam atau tujuh mal di distrik tersebut.
Reseller akan menjual kembali tas tersebut dengan harga lebih tinggi di tempat lain. Selisih harga jualnya sekitar 300 hingga 400 dolar AS (Rp4,3juta--Rp5,7 juta). Sistem itu membuat sejumlah orang lelah dan akhirnya bersedia membayar lebih demi mendapatkan tas impian mereka.
Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Advertisement