Varian Omicron Dominasi 95% Peredaran COVID-19, Pakar Ungkap Cara Pencegahannya

Di Amerika Serikat, saat ini varian omicron sudah mendominasi peredaran virus penyebab COVID-19 sampai dengan 95 persen.Bagaimana dengan Indonesia?

oleh Fitri Syarifah diperbarui 16 Jan 2022, 06:00 WIB
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Kementerian Kesehatan memprediksi penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia akan terus terjadi hingga mencapai puncaknya pada Februari 2022. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi & Tropis Anak RS Pondok Indah – Pondok Indah yang Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A (K), M.TropPaed mengatakan, di Amerika Serikat, saat ini varian omicron sudah mendominasi peredaran virus penyebab COVID-19 sampai dengan 95 persen.

"Sayangnya data di Indonesia belum tersedia, karena whole genome sequencing (WGS)---metode yang digunakan untuk menentukan varian virus tersebut---hanya dapat dilakukan oleh laboratorium tertentu. Tidak semua laboratorium bisa melakukan WGS," katanya, melalui wawancara singkat pada Liputan6.com, Minggu (16/1/2022).

Anggota Tim Pakar Satuan Tugas COVID-19 Republik Indonesia itu juga membenarkan bahwa penularan omicron lebih cepat dibanding varian lain hingga masa inkubasi virus hanya 3 hari.

Kendati demikian, ia mengatakan, belum ada rekomendasi terbaru terkait protokol kesehatan termasuk dalam penggunaan masker sehari-hari.

"Tidak ada perubahan rekomendasi pemakaian masker dari WHO terkait dengan era omicron ini. Masih sama dengan era sebelumnya," jelasnya.

 


Risiko keparahannya lebih kecil dibandingkan Delta?

Prof Hinky mengatakan, sebagian besar COVID-19 yang disebabkan oleh varian omicron menunjukkan gejala ringan dan tanpa gejala.

Sebelumnya, juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi juga menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan gejala antara pasien perjalanan luar negeri dan pasien transmisi lokal. Sebagian besar gejala pasien Omicron adalah gejala ringan dan tanpa gejala dan yang banyak dialami pasien adalah batuk, pilek dan demam.

"Dari hasil pemantauan di lapangan, mayoritas gejalanya ringan dan tanpa gejala. Jadi belum butuh perawatan yang serius," kata Nadia dalam keterangan resmi.

Prof Hinky pun mengimbau untuk tetap menjalani protokol kesehatan karena sejauh ini dokter pun tetap menjalani 5M (mencuci tangan, memakai masker,menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) serta vaksinasi.

Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya