Liputan6.com, Bandung - Tanah longsor menerjang sebuah rumah yang terletak di Kampung Giriawas, Desa Sukaluyu, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Sabtu sore (15/1/2022). Satu orang meninggal dunia dan tujuh lainnya mengalami luka-luka dalam peristiwa tersebut. Satu di antaranya luka berat hingga dilarikan ke rumah sakit. Saat kejadian semua korban tengah berteduh dalam sebuah rumah lantaran di luar hujan.
Menurut keterangan salah seorang korban luka ringan, longsor terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Selama dua jam sebelumnya, kampung mereka diguyur hujan deras disertai angin kencang.
Advertisement
"Saya sepulang kerja. Dari siang hujan besar, lalu saya berteduh di rumah itu sama saudara, bahkan ada istri saya," ujar Gofar (27) kepada Liputan6.com saat ditemui di lokasi, Minggu (16/1/2022).
Gofar sama sekali tak menyangka akan longsor. Ia mengaku tak mendengar suara gemuruh tanah. Seketika saja tanah bercampur air itu menerjang rumah, menjebol dinding bagian belakang sampai merobohkannya.
"Tidak ada tanda-tanda, tidak ada suara (gemuruh), tanah langsung masuk rumah. Saya terseret dan tertimbun tanah, sekitar 20 sentimeter tebalnya," ungkap Gofar.
Untungnya, Gofar berhasil keluar dari timbunan tanah. Ia sudah berada di halaman depan. Nahas, satu warga lain yang ada di rumah itu, Ucil (36), meregang nyawa akibat tertimbun tanah dan tertimpa puing dinding yang runtuh.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Relokasi
Pantauan Liputan6.com di lokasi, hanya satu rumah yang terdampak. Rumah tersebut diketahui milik seorang warga bernama Roni (19), baru dibangun sebulan lalu. Rumah belum sepenuhnya selesai itu berada di bawah lereng bukit yang merupakan kebun kentang.
Korban meninggal diketahui adalah saudara pemilik rumah yang ikut bekerja membangun rumah.
Lereng yang ada di belakang rumah itu terlihat curam. Tak tampak tanaman keras yang bisa menahan tanah. Warga mengungkap, sebelumnya pernah terjadi longsoran meski tidak sebesar kemarin.
Dari keterangan ketua RT setempat, ada sekitar 22 rumah di Kampung Giriawas, dihuni sekitar 25 kepala keluarga. Rumah-rumah itu terlihat berada di antara lereng kebun warga dan bukit kebun teh.
Warga sendiri mengakui bahwa daerah tersebut rawan longsor. Selama ini mereka memendam kekhawatiran, tapi tak bisa pindah lantaran kebanyakan dari mereka tak punya lahan atau rumah di daerah lain.
Di samping itu, mayoritas mereka adalah penggarap lahan pertanian yang ada di daerah tersebut.
"Saya juga khawatir. Saat hujan besar kemarin saya sedang di luar. Kami ingin relokasi tapi memang relokasinya harus jelas, seperti di mana dan ganti ruginya juga," ungkap, Ketua RT, Dede Sukmana.
Advertisement