Pandemi Tak Surutkan Harta Miliarder Dunia, Justru Tambah Rp 71,6 Kuadriliun

Lonjakan kekayaan miliarder menandai peningkatan yang lebih besar daripada gabungan 14 tahun sebelumnya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Jan 2022, 15:30 WIB
Ilustrasi Miliarder (pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder menambahkan kekayaan mereka hingga USD 5 triliun atau Rp 71,6 kuadriliun selama pandemi Covid-19.  Hal itu diungkapkan Oxfam, organisasi amal asal Inggris.

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan Forbes, Oxfam mengatakan dalam laporan baru bahwa total kekayaan miliarder melonjak dari USD 8,6 triliun pada Maret 2020 menjadi USD 13,8 triliun pada November 2021, seperti dilansir dari CNN, Senin (17/1/2022).

Lonjakan ini menandai peningkatan yang lebih besar daripada gabungan 14 tahun sebelumnya.

Oxfam juga mengungkapkan, 10 orang terkaya di dunia melihat kekayaan kolektif mereka naik lebih dari dua kali lipat, melonjak USD 1,3 miliar per hari.

Laporan Oxfam dirilis menjelang Agenda Davos online Forum Ekonomi Dunia, yang akan berlangsung pekan ini setelah pertemuan tatap muka tahunan kelompok itu tertunda karena penyebaran COVID-19 Omicron.

Oxfam berpendapat bahwa pemerintah negara-negara di dunia harus mengenakan pajak atas keuntungan yang diperoleh orang terkaya selama pandemi dan menggunakan uang itu untuk mendanai sistem perawatan kesehatan, membayar vaksin, melawan diskriminasi, dan mengatasi krisis iklim.

"Para miliarder telah melihat pandemi yang berat. Bank-bank sentral memompa triliunan dolar ke pasar keuangan untuk menyelamatkan ekonomi, namun banyak dari itu berakhir dengan melapisi kantong para miliarder yang menunggangi ledakan pasar saham," kata Gabriela Bucher, direktur eksekutif Oxfam, dalam sebuah siaran pers.


Kekayaan Gabungan 10 Miliarder Terkaya Naik Berlipat Ganda Selama Pandemi

Ilustrasi Miliarder atau Orang Terkaya. Foto: Freepik

Kekayaan gabungan dari 10 miliarder terkaya - termasuk CEO Tesla, Elon Musk dan pendiri Amazon Jeff Bezos - berlipat ganda selama pandemi dan sekarang enam kali lebih besar daripada 3,1 miliar orang termiskin di dunia, menurut laporan Oxfam.

"Ketimpangan pada kecepatan dan skala seperti itu terjadi karena pilihan, bukan kebetulan," sebut Bucher.

"Tidak hanya struktur ekonomi kita yang membuat kita semua kurang aman terhadap pandemi ini, mereka juga secara aktif memungkinkan mereka yang sudah sangat kaya dan berkuasa untuk mengeksploitasi krisis ini demi keuntungan mereka sendiri," ujarnya.

Bank Dunia memperkirakan bahwa 97 juta orang di seluruh dunia jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2020 dan sekarang hidup dengan uang kurang dari USD 2 per hari.

Jumlah penduduk termiskin di dunia juga meningkat untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun.

Ketidaksetaraan vaksin telah menjadi masalah utama karena banyak negara terkaya di dunia menimbun stok, membeli dosis yang cukup untuk memvaksinasi populasi mereka beberapa kali lipat dan gagal memenuhi janji mereka untuk membaginya dengan negara berkembang..

Sebelumnya, pada November 2021, David Beasley, direktur Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, meminta para miliarder termasuk Jeff Bezos dan Elon Musk "bertindak dengan sekali langkah" untuk membantu mengatasi kelaparan dunia.

Panggilan itu mendapat tanggapan langsung dari Musk, yang kemudian mengatakan di Twitter bahwa jika organisasi itu dapat menjelaskan "bagaimana" pendanaan akan menyelesaikan masalah, dia akan "menjual saham Tesla dan melakukannya."

Namun, CEO Tesla tersebut tidak secara terbuka menanggapi ketika PBB merilis rencana mereka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya