Kesenjangan Vaksin COVID-19 Masih Tinggi Meski COVAX Facility Sudah Salurkan 1 Miliar Dosis

COVAX Facility mengirimkan 1 miliar dosis vaksin COVID-19.

Oleh DW.com diperbarui 17 Jan 2022, 14:33 WIB
Indonesia terima 1.759.965 dosis vaksin Pfizer yang merupakan donasi Pemerintah Amerika melalui COVAX dan kedatangan tahap 158 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang pada Selasa, 14 Desember 2021. (Dok Amiriyandi/InfoPublik/Kementerian Komunikasi dan Informatika RI)

Jakarta - Skema pasokan vaksin global COVAX yang dipimpin PBB telah mengirimkan satu miliar dosis vaksin COVID-19. Program COVAX didirikan pada tahun 2020 untuk memastikan akses global terhadap vaksin virus corona, terutama ke negara-negara miskin.

Program ini didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), aliansi vaksin Gavi, dan Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI). Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (17/1/2022). 

"COVAX telah mengirimkan dosis pertama vaksin COVID-19 ke 144 negara & wilayah di seluruh dunia," tulis kepala eksekutif Gavi Seth Berkley di Twitter. "Ini adalah tonggak penting dalam peluncuran vaksin global terbesar dan tercepat dalam sejarah."

Pesawat yang membawa kiriman dengan dosis satu miliar itu tiba di Kigali, Rwanda pada Sabtu (15/01) malam, kata Berkley.

 "Saya merasa bangga tetapi juga rendah hati mengetahui seberapa jauh kita harus pergi untuk melindungi semua orang dan memecahkan ketidakadilan vaksin," cuitnya.

COVAX mulai mengirimkan vaksin pada Februari 2021, dengan dosis pertama mencapai Ghana. Sejak saat itu, COVAX telah memasok vaksin ke 144 negara dan telah menerima sumbangan lebih dari $10 miliar (Rp143 triliun).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kesenjangan Vaksin

Pada Selasa, 13 Juli 2021, Indonesia terima 3,4 juta dosis vaksin AstraZeneca yang berasal dari COVAX Facility. (Dok Kementerian Komunikasi dan Informatika RI)

Namun, pasokan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah masih tetap terbatas setelah dosis awalnya tersedia pada Desember 2020.

Ini karena mereka dipaksa untuk bersaing dengan negara-negara kaya yang membeli suntikan dari pembuat vaksin dengan harga premium dan menimbunnya. Banyak negara bahkan membatasi ekspor vaksin.

Tetapi pengiriman telah meningkat secara eksponensial pada kuartal terakhir, kata Gavi.

Namun, program tersebut jauh dari rencana awalnya untuk memberikan dua miliar dosis pada akhir tahun 2021.

Rencana COVAX juga hanya memasok vaksin yang diperoleh langsung oleh program dengan menggunakan dana para donatur. Namun, dari satu miliar dosis, sekitar sepertiganya disumbangkan oleh negara-negara kaya.

Perubahan strategi ini menyebabkan penundaan karena beberapa donor meminta agar suntikan dikirim ke negara-negara yang mereka pilih. 

Terlepas dari tonggak satu miliar, sebagian besar penduduk di negara-negara miskin tetap belum divaksinasi.

Sekitar 67% dari populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi dibandingkan dengan hanya 5% di negara-negara miskin, menurut data WHO. Bahkan, lebih dari 40% populasi dunia belum menerima dosis tunggal.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis (13/01) menunjukkan bahwa lebih dari 85% orang di Afrika belum menerima dosis tunggal.


Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19:

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya