Unilever Bakal Terus Kejar Kesepakatan Jumbo dengan GSK

Unilever menyatakan kesepakatan akan menjadi strategi penyesuaian yang kuat meski tawaran Rp 980,2 triliun ditolak.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jan 2022, 23:06 WIB
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa produsen barang konsumsi Unilever mengisyaratkan akan terus mengejar kesepakatan untuk membeli unit perawatan kesehatan GlaxoSmithKline (GSK).

Unilever menyatakan kesepakatan akan menjadi strategi penyesuaian yang kuat meski tawaran 50 miliar poundsterling atau sekitar USD 68,4 miliar (setara Rp 980,21 triliun, asumsi kurs Rp 14.330 per dolar AS) ditolak.

Bisnis produk kesehatan GSK memiliki merek seperti pasta gigi Sensodyne, Panadol dan vitamin Centrum.  Unilever mengatakan ingin bagian lebih besar di sektor kesehatan dan perawatan kebersihan.

"Akuisisi ini akan menciptakan skala dan platform pertumbuhan untuk portofolio gabungan di Amerika Serikat, China dan India dengan peluang lebih lanjut di pasar negara berkembang,” tulis Unilever dilansir dari BBC, Senin (17/1/2022).

Unilever belum mengatakan apakah akan mempermanis tawaran yang ditolak, tetapi kantor berita Bloomberg menyebutkan perseroan telah mengadakan pembicaraan dengan bank untuk tambahan pembiayaan untuk tawaran yang meningkat.

Harga saham GSK pun naik hampir lima persen pada Senin pagi, 17 Januari 2022 pertanda investor berharap penawaran lebih tinggi. Sementara itu, saham Unilever turun hampir tujuh persen.

Unilever sudah menjadi perusahaan terbesar ketiga di indeks FTSE 100 London dan valuasi sekitar 100 miliar pound sterling. Ada kesepakatan akan membuat Unilever ambil alih salah satu divisi terbesar dari perusahaan terbesar kelima di FTSE 100.

GSK yang jalankan operasi perawatan kesehatan dalam usaha patungan dengan produsen obat AS Pfizer ingin hentikan operasi itu. Namun, manajemen mengusulkan untuk memisahkannya sebagai bisnis mandiri yang terdaftar di bursa saham. GSK ingin konsentrasi di obat-obatan dan vaksin.

Beberapa investor aktivis telah meminta kepala eksekutif GSK Emma Walmsley untuk eksplorasi penjualan potensi sebagai alternatif dari spin-off.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kata Analis

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Adapun berita tentang ketertarikan Unilever terhadap GSK dilaporkan pada akhir pekan oleh Sunday Timur. Hal itu mendorong perusahaan untuk mengajukan pembaruan strategis yang telah direncanakan dirilis pada akhir bulan ini.

Unilever menyimpulkan arah strategis masa depan perseroan terletak pada perluasa kehadirannya di sektor kesehatan, kecantikan dan kebersihan.

Perseroan menyatakan dewan menyimpulkan akuisisi besar harus disertai dengan percepatan divestasi merek dan bisnis yang secara intrinsic lebih rendah pertumbuhannya.

Divisi kesehatan konsumen GSK adalah target yang sangat melengkapi dengan potensi baik untuk sinergi.

Analis Hargreaves Lansdown Laura Hoy menuturkan, ada kemungkinan besar Unilever akan menaikkan tawarannya berdasarkan arah strategis baru Unilever yang mencakup peningkatan fokus pada pertumbuhan di segmen kesehatan, kecantikan dan kebersihan.

"Mungkin ada tawaran lain yang sedang dikembangkan. Grup itu mengatakan akan ambil peluang akuisisi dan mereka tidak menjadi jauh lebih menarik daripada yang ini,” ujar Laura.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya