Buku Anak Perlu Sepenuhnya Mewakili Masyarakat Termasuk Penyandang Disabilitas

Penulis buku anak asal Inggris Alexandra Strick menyampaikan bahwa buku anak dengan tokoh penyandang disabilitas jumlahnya masih sedikit.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 18 Jan 2022, 18:00 WIB
Antusias anak-anak membaca buku di Yayasan 1001 Buku, Jakarta, Senin (8/5). Memperingati Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei, TIKI mendonasikan dana untuk Yayasan 1001 Buku yang mempunyai jaringan hingga ke pelosok negeri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Penulis buku anak asal Inggris Alexandra Strick menyampaikan bahwa buku anak dengan tokoh penyandang disabilitas jumlahnya masih sedikit.

Menurutnya, saat ia masih kecil buku-buku anak khas menggambarkan keluarga kelas menengah kulit putih dengan ibu di wastafel dapur, dan ayah pulang dari kantor disambut oleh anak balita mereka.

Kini, buku anak agak lebih beragam daripada dulu. Karakter buku anak-anak masa kini berasal dari beragam latar belakang etnis, mereka hidup dalam keluarga yang berbeda bentuk, dan ada semakin banyak panutan perempuan yang kuat.

“Namun, satu masalah tetap ada. Dari ribuan buku anak-anak yang diterbitkan setiap tahun, hanya sedikit yang menampilkan karakter penyandang disabilitas,” kata Alexandra mengutip disabilityhorizons.com Selasa (18/1/2022).

Ia percaya bahwa buku anak perlu diubah dan menjadi sepenuhnya mewakili masyarakat di mana satu dari lima anak memiliki beberapa bentuk kebutuhan pendidikan khusus.

“Kami tidak hanya membutuhkan lebih banyak buku tentang disabilitas, kami juga membutuhkan buku yang memasukkan penyandang disabilitas sebagai pahlawan dan pahlawan wanita di samping karakter buku lainnya tanpa mengacu pada fakta bahwa mereka adalah penyandang disabilitas.”

Simak Video Berikut Ini


Merasa Disertakan

Buku-buku yang menampilkan karakter penyandang disabilitas penting untuk memastikan bahwa anak-anak penyandang disabilitas merasa disertakan dan diterima, lanjut Alexandra.

Namun, penting juga bagi penulis untuk menyampaikan pesan positif kepada anak non disabilitas guna membantu semua anak mengembangkan penerimaan dan rasa hormat.

“Ketika saya pertama kali mulai bekerja di dunia buku anak-anak, saya ingat terkejut melihat betapa sedikit buku yang menampilkan disabilitas, dan saya mulai aktif mencarinya.”

Ini terjadi 15 tahun lalu, tapi sayangnya jumlahnya masih sangat rendah. Jadi, dalam beberapa tahun terakhir ia telah bekerja sebagai konsultan, juru kampanye, juri penghargaan buku, penulis, pelatih, pembicara dan sering menjadi sukarelawan untuk mencoba membantu mengubah lanskap buku anak-anak.


Upaya Alexandra

Alexandra dan rekannya mencoba menemukan sebanyak mungkin cara untuk memperbaiki keseimbangan di dunia buku anak.

“Bekerja sama dengan lembaga seperti Booktrust, kami menyoroti buku-buku yang memang menawarkan citra positif disabilitas untuk membantu memastikan mereka tersedia di sekolah, perpustakaan, dan toko buku.”

“Kami juga mendekati penulis, ilustrator, dan penerbit, karena banyak yang belum memikirkan kekurangan ini, dan sangat bersedia mempertimbangkan cara untuk mengenali disabilitas dalam cerita dan gambar mereka, jika mereka diberi bahan referensi yang tepat.”

Ia juga ingin menemukan cara membantu buku anak-anak menjadi lebih mudah diakses dan sesuai untuk anak-anak dengan kebutuhan tambahan, misalnya melalui kampanye nasional, kata Alexandra.


Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya