Liputan6.com, Jakarta - Surplus neraca perdagangan pada Desember 2021 USD 1,02 miliar, lebih kecil jika dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada November 2021 yang tercatat USD 3,52 miliar.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menjelaskan, meskipun turun tetapi surplus neraca perdagangan di Desember 2021 melanjutkan kinerja surplus sebelumnya. Tercatat, sudah 20 bulan berturut-turut neraca perdagangan terus positif.
Sedangkan untuk penurunan surplus pada Desember disebabkan oleh impor yang menguat. Terutama karena naiknya permintaan domestik sejalan dengan tren menguatnya aktivitas ekonomi domestik.
"Kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2021, jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020," kata Febrio dalam keterangan resminya, Jakarta, Selasa (18/1/2022).
Secara kumulatif surplus neraca perdagangan sepanjang 2021 mencapai USD 35,34 miliar. Angka ini merupakan yang tertinggi selama lebih dari satu dekade terakhir. Hal ini berkat aktivitas ekonomi global dan domestik yang membaik dan harga komoditas global yang masih relatif tinggi.
Ekspor Indonesia pada Desember 2021 tercatat sebesar USD 22,38 miliar, tumbuh tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya 35,3 persen. Sepanjang tahun 2021, ekspor meningkat tajam sebesar 41,8 persen. Pertumbuhan ekspor sepanjang tahun 2021 didorong oleh pertumbuhan yang tinggi baik pada ekspor nonmigas yang tumbuh 41,5 persen, maupun ekspor migas yang tumbuh 48,7 persen.
“Nilai ekspor secara kumulatif, tercatat sudah lebih tinggi dari masa pra pandemi walaupun utamanya didorong oleh peningkatan harga komoditas utama. Ekspor ke depan diperkirakan tetap kuat didukung baik oleh permintaan global maupun faktor harga, meskipun harga komoditas diperkirakan mulai mengalami moderasi”, papar Febrio.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sektoral
Di sisi sektoral, sepanjang tahun 2021 ekspor sektor manufaktur yang merupakan komponen tertinggi dari total ekspor nonmigas tumbuh 35,1 persen, disusul oleh sektor pertambangan (92,1 persen), dan sektor pertanian (2,8 persen). Sementara itu, pangsa pasar ekspor Indonesia masih didominasi oleh Tiongkok, AS, Jepang dan India dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan hewan nabati, serta besi dan baja.
Di sisi lain, impor indonesia tercatat USD 21,36 miliar, kembali meningkat dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh cukup tinggi 47,9 persen dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Secara kumulatif atau sepanjang tahun 2021, impor juga tumbuh sebesar 38,6 persen dengan mencatatkan nilai USD 196,20 miliar. Angka ini telah melebihi kumulatif impor di tahun 2020. Impor di tahun 2022 diperkirakan semakin menguat dalam rangka mendukung aktivitas domestik yang semakin menguat.
Untuk keseluruhan tahun 2021 pertumbuhan impor nonmigas juga didukung oleh semua jenis penggunaan seperti barang konsumsi (tumbuh 37,7 persen), bahan baku (42,8 persen), dan barang modal (20,8 persen). Peningkatan pada impor bahan baku dan barang modal pada dasarnya mencerminkan adanya peningkatan aktivitas industri dalam negeri. Sementara itu impor barang konsumsi akan mengindikasikan adanya peningkatan daya beli masyarakat.
Febrio mengatakan kinerja ekspor dan impor Indonesia tahun 2021, memang semakin membaik seiring dengan dukungan dari pemerintah. Sehingga kinerjanya terus meningkatkan nilai tambah produk ekspor melalui hilirisasi komoditas berbasis sumber daya alam (SDA), termasuk juga peningkatan daya saing.
"Kedepannya kita masih perlu terus mewaspadai dinamika perekonomian global dan domestik yang akan mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia," tutup Febrio.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement