Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah memilih Nusantara sebagai nama Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Hal itu diungkapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
Advertisement
"Saya baru mendapatkan konfirmasi dan perintah langsung dari Bapak Presiden pada Jumat dan beliau mengatakan ibu kota negara ini namanya Nusantara," kata Suharso dalam rapat kerja bersama Pansus IKN pada 17 Januari, dikutip Selasa (18/1/2022).
Sebelumnya, terdapat 80 pilihan nama yang dipertimbangkan untuk Ibu Kota Negara baru.
"Diantaranya misalnya Negara Jaya, Nusantara Jaya, Nusa Karya, Nusa Jaya, Pertiwipura, Waanapura, Cakrawalapura, Kertanegara, ada sekitar 80-an lebih tetapi kemudian akhirnya dipilih kata Nusantara tanpa kata jaya," beber Suharso.
Tidak tanggung-tanggung, pemilihan nama Ibu Kota Negara baru ini pun melibatkan ahli bahasa, sebelum diusulkan kepada Jokowi.
"Kami panggil para ahli bahasa, ahli sejarah, kemudian mereka yang punya otoritas untuk memberikan knowledge kepada kami, para pakar itu, untuk memilih kata-kata yang paling tepat," ia menjelaskan.
Sebenarnya, apa alasan Jokowi memilih Nusantara sebagai nama untuk Ibu Kota baru?
Sudah dikenal sebelum Indonesia merdeka
Suharso mengungkapkan, alasan dipilihnya Nusantara menjadi nama Ibu Kota Negara baru karena sudah dikenal sejak dulu, bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Dikenal secara internasional
Selain itu, alasan lain dipilihnya Nusantara sebagai nama Ibu Kota Negara baru adalah karena sudah sangat dikenal di dunia internasional.
"Kata ini juga menggambarkan kenusantaraan kita semua, Republik Indonesia. Saya kira kita semua setuju dengan istilah Nusantara itu," terang Suharso.
Arti Nama Nusantara
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB) daring, arti kata Nusantara adalah sebutan (nama) bagi seluruh wilayah kepulauan Indonesia.
Sedangkan dalam wikipedia, Nusantara merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan wilayah pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke.
Istilah ini mulanya muncul dan dipakai dalam sastra Bahasa Jawa Pertengahan atau pada abad ke-12 sampai abad ke-16.
Advertisement