Menkes Budi Sebut Vaksin Booster Heterolog Setengah Dosis Lebih Aman

Menkes Budi Gunadi Sadikin menyebutkan alasan pemberian vaksin booster heterolog setengah dosis.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 19 Jan 2022, 07:21 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas Evaluasi PPKM di Kantor Presiden Jakarta pada Senin, 10 Januari 2022. (Dok Biro Pers Sekretariat Presiden RI)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menegaskan, pemberian vaksin booster heterolog setengah dosis (half dose) dinilai jauh lebih aman ketimbang satu dosis (full dose). Booster heterolog artinya pemberian vaksin dengan jenis berbeda dari vaksin COVID-19 primer (dosis 1 dan 2).

Penelitian vaksin booster heterolog setengah dosis juga sudah ada. Bahkan, pemberian tersebut telah dilakukan di sejumlah negara. Salah satunya, Amerika Serikat dengan Moderna sebagai booster.

"Vaksin heterolog ini sudah banyak sebenarnya studi di luar negeri dan kenapa ini menjadi preferensi? Karena memberikan multiple protection (perlindungan ganda). Jadi, jenis antibodi yang di-imboost itu akan lebih kaya dibandingkan dengan homolog (booster yang sama dengan vaksin primer)," jelas Budi Gunadi saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (18/1/2022).

"Mungkin yang negara yang paling besar yang sudah melakukan adalah Amerika Serikat dengan setengah dosisnya Moderna. Karena memang Moderna isu Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)-nya tinggi," kata Menkes.

Selain itu, pengambilan kebijakan vaksin booster heterolog juga sesuai rekomendasi Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Serta ada rekomendasi pun datang atas masukan dari para pakar.

"Kita melihat bahwa diberikan setengah dosis (booster heterolog) akan jauh lebih aman. Kenapa Kemenkes mengambil kebijakan setengah dosis? Kembali lagi itu atas rekomendasi dari ITAGI, juga harus ada uji klinis dari konsorsium profesor-profesor serta juga sudah disetujui oleh BPOM," terang Budi Gunadi.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Pertimbangan Kadar Titer Antibodi

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 Moderna kepada warga di Puskesmas Kramat Jati, Jakarta, Jumat (20/8/2021). Di Indonesia, vaksin COVID-19 Moderna khusus bagi tenaga kesehatan sebagai vaksin ketiga atau booster, namun kini tidak lagi. (merdeka.com/Imam Buhori)

Dilihat dari hasil rata-rata titer antibodi, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, kadar 100-200 titer antibodi yang terbentuk dari pemberian vaksin primer (dosis 1 dan 2) akan meningkat tatkala diberi booster heterolog.

"Begitu disuntik booster setengah dosis, naik ke level 7.000 sampai 8.000. Kalau dikasih satu dosis (booster) naik 8.000 sampai 8.500, mungkin ada yang 9.000," tambahnya.

"Jadi, perbedaannya di level 7.500 sampai 9.000 yang sebenarnya kalau kita ingat plasma konvalesen memberikan proteksi dulu di level 250. Kita melihat kalau sudah memberikan proteksi jauh di atas itu, maka beda 500 tidak terlalu signifikan."

Dalam pemberian vaksin booster heterolog setengah dosis, jumlah tersebut juga memudahkan dari segi operasional pelaksanaan vaksinasi di lapangan.

"Kita juga melihat dari sisi operasionalnya. Kalau ada yang setengah dosis dan dosis penuh, agak sulit dari sisi operasional, sehingga kita standardisasikan semuanya setengah dosis," pungkas Menkes Budi Gunadi.

"Ya, alasannya juga karena masukan dari ITAGI dan BPOM juga demikian hasil riset menunjukkan, bedanya (kadar titer antibodi) tipis."


Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19

Infografis Mekanisme Pemberian Vaksin Booster Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya