Bisa Bermutasi, WHO Prediksi Omicron Tidak Akan Jadi Varian Covid-19 Terakhir

WHO mengatakan omicron kemungkinan akan menyebabkan varian baru lagi.

oleh Camelia diperbarui 23 Feb 2022, 19:30 WIB
Seorang wanita memakai masker berjalan di stasiun Shinagawa di Tokyo (18/1/2022). Jepang melaporkan rekor tertinggi infeksi Covid-19 baru yang dipicu oleh varian Omicron. (AFP/Philip Fong)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada hari Selasa (18/1/2022) mengatakan pandemi tidak akan berakhir karena varian omicron mereda di beberapa negara. WHO bahkan memperingatkan tingkat infeksi yang tinggi di seluruh dunia kemungkinan akan menyebabkan varian baru saat virus bermutasi.

Kami mendengar banyak orang menyarankan bahwa omicron adalah varian terakhir. Dan itu tidak terjadi karena virus ini beredar pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia,” kata Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO.

Dilansir dari CNBC, infeksi baru telah meningkat 20% secara global selama seminggu terakhir dengan hampir 19 juta total kasus yang dilaporkan, menurut WHO. Tetapi Van Kerkhove mencatat bahwa infeksi baru yang tidak dilaporkan akan membuat jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.

Bruce Aylward, seorang pejabat senior WHO, memperingatkan penularan tingkat tinggi memberi virus lebih banyak kesempatan untuk bereplikasi dan bermutasi, meningkatkan risiko varian baru akan muncul. 

Kami tidak sepenuhnya memahami konsekuensi dari membiarkan hal ini berjalan,” kata Aylward. 

Sebagian besar dari apa yang kami lihat sejauh ini di area transmisi yang tidak terkontrol adalah kami membayar harga untuk varian yang muncul dan ketidakpastian baru yang harus kami kelola saat kami maju," tambahnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Minta Pemerintah Perketat Protokol Kesehatan

Orang-orang yang memakai masker berjalan di stasiun Shinagawa di Tokyo (18/1/2022). Jepang melaporkan rekor tertinggi infeksi Covid-19 baru yang dipicu oleh varian Omicron. (AFP/Philip Fong)

Van Kerkhove mengatakan sekarang bukan saatnya untuk melonggarkan protokol kesehatan masyarakat, seperti membatasi pemakaian masker dan menjaga jarak fisik. 

Dia meminta pemerintah untuk memperkuat langkah-langkah itu untuk mengendalikan virus dengan lebih baik dan mencegah gelombang infeksi di masa depan ketika varian baru muncul.

Jika kita tidak melakukan ini sekarang, kita akan beralih ke krisis berikutnya. Dan kita perlu mengakhiri krisis yang kita alami saat ini dan kita dapat melakukannya saat ini. Jadi jangan tinggalkan ilmu. Jangan abaikan strategi yang sedang berjalan, yaitu menjaga kita dan orang-orang yang kita cintai tetap aman,” kata Van Kerkhove.


Tak Akan Jadi Varian Terakhir

Orang-orang berjalan di sepanjang penyeberangan pejalan kaki di Tokyo (18/1/2022). Pemerintah Jepang sedang mempersiapkan pembatasan sosial di Tokyo dan wilayah lain karena varian omicron dari virus corona menginfeksi lebih banyak orang. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Van Kerkhove meminta pemerintah untuk berinvestasi lebih banyak dalam sistem pengawasan untuk melacak virus saat bermutasi. "Ini tidak akan menjadi varian terakhir yang menjadi perhatian," dia menekankan.

Pada bulan Desember, tim ilmuwan Afrika Selatan menerbitkan sebuah penelitian kecil yang menemukan orang yang terinfeksi omicron mungkin telah meningkatkan perlindungan kekebalan terhadap varian delta. 

Semakin banyak penelitian juga menemukan bahwa orang yang terinfeksi omicron umumnya tidak sakit seperti orang yang terinfeksi delta. Peningkatan perlindungan kekebalan dan penyakit yang tidak terlalu parah, secara bersama-sama, dapat mengakibatkan virus menjadi lebih sedikit mengganggu masyarakat, tulis para ilmuwan Afrika Selatan.

 


Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya