Kemenperin: Kebutuhan Gula Nasional Capai 9,81 Juta Ton di 2030

Kebutuhan gula nasional akan mencapai 9,81 juta ton pada 2030.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jan 2022, 21:19 WIB
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan kebutuhan gula nasional akan mencapai 9,81 juta ton pada 2030.

Namun jika pemerintah tidak melakukan upaya dan fasilitasi pengembangan dan pembangunan pabrik gula maka akan ada kekurangan gula di dalam negeri sebesar 7,13 juta ton.

"Dengan pertumbuhan kebutuhan gula nasional yang semakin meningkat, maka pada tahun 2030 diproyeksikan kebutuhan gula nasional akan mencapai 9,81 juta ton," kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Kamis (20/1).

Oleh karena itu, Pemerintah perlu mengupayakan beberapa hal agar kebutuhan pada 2030 bisa terpenuhi. Salah satunya melalui penyediaan fasilitasi ketersediaan lahan untuk perkebunan tebu.

Kedua mendorong adanya pembangunan Pabrik Gula baru yang terintegrasi dengan perkebunan minimal 2 unit pabrik per tahun dengan kapasitas masing-masing 12.000 TCD. Kemudian pemberian fasilitas bahan baku dalam rangka pembangunan industri gula.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pembangunan Industri Gula

Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Adapun untuk memberikan fasilitas bahan baku dalam rangka pembangunan industri gula, Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/3/2017 yang diundangkan pada tanggal 24 Maret 2017.

Kementerian Perindustrian mengharapkan agar pelaku usaha industri gula dapat memanfaatkan fasilitas tersebut secara optimal dengan harapan agar target pemenuhan kebutuhan gula nasional dapat dipenuhi dari dalam negeri.

Sementara itu, menyambut tantangan ke depan, AGRI lantas menggelar musyawarah nasional (Munas) VIII selama dua hari pada 20-21 Januari 2022.

Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) periode 2019-2021 Benardi Dharmawan menceritakan, dalam masa kepengurusan AGRI tahun 2019-2021 jadi masa kepengurusan yang cukup menantang. Tidak hanya bekerja seperti sebelumnya yang hanya fokus terhadap pergulaan nasional, tapi juga harus menghadapi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.

"Banyak penyesuaian di sana sini yang secara cepat harus segera dilakukan baik secara sistem maupun pelaksanaannya," ungkapnya.

Sekretaris Jenderal AGRI Indra Suryaningrat pada periode ini berharap, Munas AGRI VIII ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

"Kami percaya siapapun yang terpilih menjadi Ketua dan Sekretaris Jenderal pada periode selanjutnya pastinya akan mengedepankan visi misi AGRI dan mengembangkan industri pergulaan rafinasi di Indonesia," imbuhnya.

Ketua GAPMMI Adhi Lukman juga menyampaikan, pihaknya dan AGRI selama ini telah berkomunikasi dan berkoordinasi secara baik, dan akan tetap menjaga sinergitas yang telah terjalin selama ini.

"Sehingga masalah-masalah pergulaan di Indonesia dapat diminimalisir," kata Adhi.

 

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya