Unilever Tak Bakal Naikkan Penawaran Akuisisi GSK

Saham GSK juga ikut merosot setelah Unilever efektif akhiri pengejaran kesepakatan bisnis yang akan dilakukan pada akhir 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2022, 03:43 WIB
Ilustrasi saham di Bursa Efek London (Foto: Unsplash/Jamie Street)

Liputan6.com, New York -- Saham Unilever melemah dua persen pada perdagangan Kamis, 20 Januari 2022 setelah raksasa barang konsumsi itu tidak akan menaikkan tawaran yang ditolak 50 miliar poundsterling atau setara USD 68 miliar (Rp 974,75 triliun, asumsi kurs Rp 14.334 per dolar AS) untuk bisnis perawatan kesehatan konsumen GlaxoSmithKline (GSK).

Saham GSK juga ikut merosot setelah Unilever efektif akhiri pengejaran kesepakatan bisnis yang akan dilakukan pada akhir 2022. Demikian mengutip CNN, Kamis (20/1/2022).

Sebelumnya GSK menyatakan telah menolak tiga pendekatan dari Unilever untuk bisnis perawatan kesehatan. Proposal akhir yang dibuat pada 20 Desember terdiri dari 41,7 miliar pounsterling dan 8,3 miliar poundsterling dalam bentuk saham Unilever.

Namun, GSK menilai hal itu belum mencerminkan nilai instrinsik bisnis dan potensinya. Keputusan Unilever tidak menaikkan tawarannya menimbulkan pertanyaan tentang strategi di bawah CEO Alan Jope.

Sementara itu, perseroan menyebutkan bisnis GSK sebagai strategi yang cocok karena fokus untuk produk kesehatan, kecantikan dan kebersihan. Saham Unilever turun setelah  rencana itu. Lembaga pemeringkat peringatkan penurunan peringkat utang sebagai akibat dari masalah besar itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sempat Ngotot Tetap Akuisisi

Sebelumnya, produsen barang konsumsi Unilever mengisyaratkan akan terus mengejar kesepakatan untuk membeli unit perawatan kesehatan GlaxoSmithKline (GSK).

Unilever menyatakan kesepakatan akan menjadi strategi penyesuaian yang kuat meski tawaran 50 miliar poundsterling atau sekitar USD 68,4 miliar (setara Rp 980,21 triliun, asumsi kurs Rp 14.330 per dolar AS) ditolak.

Bisnis produk kesehatan GSK memiliki merek seperti pasta gigi Sensodyne, Panadol dan vitamin Centrum.  Unilever mengatakan ingin bagian lebih besar di sektor kesehatan dan perawatan kebersihan.

"Akuisisi ini akan menciptakan skala dan platform pertumbuhan untuk portofolio gabungan di Amerika Serikat, China dan India dengan peluang lebih lanjut di pasar negara berkembang,” tulis Unilever dilansir dari BBC, Senin 17 Januari 2022.

Unilever belum mengatakan apakah akan mempermanis tawaran yang ditolak, tetapi kantor berita Bloomberg menyebutkan perseroan telah mengadakan pembicaraan dengan bank untuk tambahan pembiayaan untuk tawaran yang meningkat.

Harga saham GSK pun naik hampir lima persen pada Senin pagi, 17 Januari 2022 pertanda investor berharap penawaran lebih tinggi. Sementara itu, saham Unilever turun hampir tujuh persen.

Unilever sudah menjadi perusahaan terbesar ketiga di indeks FTSE 100 London dan valuasi sekitar 100 miliar pound sterling. Ada kesepakatan akan membuat Unilever ambil alih salah satu divisi terbesar dari perusahaan terbesar kelima di FTSE 100.

GSK yang jalankan operasi perawatan kesehatan dalam usaha patungan dengan produsen obat AS Pfizer ingin hentikan operasi itu. Namun, manajemen mengusulkan untuk memisahkannya sebagai bisnis mandiri yang terdaftar di bursa saham. GSK ingin konsentrasi di obat-obatan dan vaksin.

Beberapa investor aktivis telah meminta kepala eksekutif GSK Emma Walmsley untuk eksplorasi penjualan potensi sebagai alternatif dari spin-off.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya