Kemkominfo: Metaverse hingga Web3 Jadi Tantangan Baru Literasi Digital di Indonesia

Kemkominfo mengatakan, literasi digital Indonesia semakin menantang dengan munculnya isu seperti metaverse, web3, hingga NFT

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Jan 2022, 14:00 WIB
Niantic ingin wujudkan metaverse di dunia nyata dengan Lightship. (Doc: Niantic)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan bahwa metaverse bisa menjadi sebuah isu yang menantang bagi literasi digital di Indonesia.

"Kalau dulu kita masih berbicara tentang website, social media, sekarang kita sudah ketemu yang namanya metaverse," kata Dedy Permadi, Juru Bicara Kemenkominfo di peluncuran Survei Literasi Digital Indonesia 2021.

Dedy mengatakan metaverse muncul ketika upaya untuk menanggulangi konten negatif di ruang digital dan media sosial, belum selesai.

"Ada banyak cara menjelaskan metaverse, yang akan menjadi satu isu yang menurut saya sangat menantang untuk literasi digital di masyarakat Indonesia," kata Dedy seperti dikutip dari YouTube Kemkominfo TV.

Selain itu, kata Dedy, saat ini masyarakat juga tengah memasuki era Web 3.0 atau yang kerap disebut sebagai Web3.

"(Web3) yang tidak hanya internet awal, tidak hanya media sosial, tetapi kita sudah akan atau malah justru sudah mulai masuk ke ruang yang namanya metaverse," kata Dedy.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Fenomena NFT dan Ghozali

Ilustrasi NFT (Foto: Unsplash by Pawel Czerwinski)

Dedy juga menyoroti bagaimana metaverse juga berdampak pada bagaimana seseorang bisa melakukan transaksi digital untuk memiliki aset digital, yang difasilitasi platform untuk NFT (non-fungible token).

Dia mencontohkan, salah satu platform untuk transaksi NFT adalah OpenSea yang digunakan oleh Ghozali Everyday yang sempat viral beberapa waktu lalu.

Dedy mengatakan, Ghozali viral karena "dalam waktu beberapa saat sudah memiliki uang miliaran Rupiah karena berhasil menjual aset digitalnya dengan nilai yang sangat tinggi."

Menurutnya, saat ini masyarakat sudah berhadapan dengan metaverse, virtual reality, NFT, platform-platformnya, serta blockchain untuk transaksi aset-aset digital.

"Itu menjadi tantangan baru kecakapan digital masyarakat Indonesia," kata Dedy.


Indeks Literasi Digital Indonesia 2021

Ilustrasi Digital Marketing Credit: pexels.com/pixabay

Mengutip siaran pers Kemkominfo, budaya digital mendapatkan skor tertinggi dalam pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021.

Pilar Budaya Digital (digital culture) tercatat dengan skor 3,90 dalam skala 5 atau baik. Selanjutnya pilar Etika Digital (digital etics) dengan skor 3,53 dan Kecakapan Digital (digital skill) dengan skor 3,44.

Sementara itu, pilar Keamanan Digital (digital safety) mendapat skor paling rendah (3,10) atau sedikit di atas sedang.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, pengukuran indeks literasi digital ini juga untuk memastikan upaya peningkatan literasi digital masyarakat makin tepat sasaran.

"Kita ingin terus mempercepat dan mengawal terus tingkat literasi digital masyarakat, mengimbangi dengan perkembangan teknologi digital yang cepat dan makin strategis bagi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini,"ujarnya.

Pengukuran Indeks Literasi Digital 2021 dilakukan melalui survei tatap muka kepada 10 ribu responden dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia. Karakteristik responden adalah pengguna internet berusia 13-70 tahun.

Dibandingkan dengan Indeks Literasi Digital 2020, ada peningkatan indeks (dari 3,46 ke 3,49). Perbaikan terjadi pada pilar Digital Culture dan Digital Skills, tapi ada penurunan pada Pilar Digital Ethics dan Digital Safety.

(Dio/Ysl)


Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya