Liputan6.com, Jakarta - Mata dan hidung bisa berair bahkan panas mulut terasa seperti 'neraka' setiap kali menggigit cabai. Secara naluriah, Anda akan meraih segelas air dingin dan menuangkan cairan itu membasuh lidah hingga tenggorokan.
Baca Juga
Advertisement
Yang membuat Anda cemas, air hampir tidak berpengaruh untuk meredakan rasa pedas itu. Itu semua diakibatkan rasa cabai yang sangat pedas, seperti dikutip dari australiangeographic, Jumat (21/1/2022).
Manusia telah membudidayakan cabai selama 6.000 tahun, tetapi kita masih mempelajari hal-hal baru tentang ilmu di balik panasnya dan bagaimana reaksinya dengan tubuh kita.
Pada akhir 1990-an, para ilmuwan mengidentifikasi saraf yang mendeteksi capsaicin: bahan kimia dalam cabai yang bertanggung jawab atas sebagian besar rasa pedas seperti luka bakar itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Evolusi Pedas Cabai
Tetapi hanya dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan juga telah mempelajari mengapa cabai berevolusi menjadi pedas, dan mereka telah berhasil membudidayakan varietas baru yang 300 kali lebih panas daripada jalapeno biasa.
Alasan di balik pedasnya cabai jelas karena senyawa capsaicin (diucapkan cap-say-sin) bersifat hidrofobik, artinya tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam lemak dan minyak.
Dan ini menjelaskan mengapa susu full-cream, dan bukan air, adalah pilihan yang mampu meredakan pedas.
Advertisement