Palsukan Kematian, Pemerkosa Asal AS Ditemukan Masih Hidup Saat Masuk RS Kena COVID-19

Nicholas Rossi memalsukan kematiannya untuk menghindari proses hukum saat menghadapi berbagai kasus.

oleh Diviya Agatha diperbarui 23 Jan 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Nicholas Rossi, seorang pria 34 tahun memalsukan kematiannya untuk menghindari proses hukum saat menghadapi berbagai kasus termasuk pemerkosaan di Utah, Amerika Serikat.

Pria tersebut mengungkapkan bahwa dirinya mengalami limfoma non-Hodgkin, atau yang juga dikenal dengan kanker kelenjar getah bening. Tak hanya itu, beberapa media di sana mengumumkan kematiannya pada Februari 2020 lalu.

Upaya tipu daya pria tersebut gagal. Belakangan, ia ditemukan di Glasgow, Skotlandia dan diketahui sedang melakukan perawatan di Queen Elizabeth University Hospital pada Desember 2021 akibat terinfeksi COVID-19.

Mengutip laman Salt Lake Tribune, saat dirawat, Nicholas menggunakan nama samaran yakni Arthur Knight. Kepolisian Skotlandia pun menahannya dibawah surat perintah penangkapan internasional.

Pihak kepolisian AS juga mengonfirmasi dirinya dikenal dengan nama Nicholas Alahverdian di Rhode Island. Di sana, Nicholas terlibat dalam politik lokal dan merupakan pengkritik sistem kesejahteraan anak di sana.

"Kami sekarang harus melalui proses pembuktian di pengadilan Skotlandia bahwa Arthur Knight adalah Nicholas Rossi," ujar pengacara wilayah Utah, David Leavitt dikutip BBC, Sabtu (22/1/2022).

"Itu akan menjadi proses yang memakan waktu lama, tetapi ini adalah proses yang akan kami lakukan dengan sukarela karena korban kami di Utah telah menderita selama 13 tahun belakangan," tambahnya.

Tak hanya itu, investigasi yang dilakukan oleh lembaga lainnya juga mengungkapkan bahwa Nicholas masih memiliki nama samaran lainnya selain Arthur Knight dan Nicholas Alahverdian.

Seperti Nicholas Edward Rossi, Nicholas Alahverdian-Rossi, Nick Alan, Nicholas Brown, dan Arthur Brown dan Arthur Knight.

FBI juga memiliki surat perintah penangkapannya atas tuduhan penipuan kepada ayah angkatnya sendiri dengan mengambil kartu kredit atas namanya dan membuat hutang lebih dari 200 ribu dollar AS.


Kasus pemerkosaan

Nicholas menjadi tersangka pada 2008, namun kasusnya ditutup oleh seorang detektif tanpa dirujuk ke ranah hukum lebih lanjut.

Hingga kemudian pada tahun 2018, tinjauan hasil DNA merujuknya pada kasus kekerasan seksual lainnya di Ohio.

"Saya pun tidak tahu apa yang dia lakukan di Skotlandia sebelum akhirnya tertangkap sedang terbaring di ranjang rumah sakit karena COVID-19," kata David.

David pun menyampaikan rasa terima kasihnya pada pihak pemerintah Skotlandia karena telah mau berkolaborasi untuk membawa Nicholas sebagai tersangka ke pengadilan.

"Kantor kami berterima kasih atas kolaborasi antar lembaga penegak hukum yang signifikan untuk membawa tersangka ini ke pengadilan," ujarnya.


Infografis

Infografis 4 Poin Utama Cegah Klaster Keluarga. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya