Liputan6.com, Jakarta Orang yang sudah terinfeksi COVID-19 lalu selang beberapa bulan divaksinasi jumlahnya tidak sedikit di Indonesia. Apakah orang-orang itu memiliki imunitas yang super karena mendapatkan kekebalan dari dua sumber?
Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr Soetomo, Helmia Hasan, mengatakan bahwa dalam studi medis tidak ada istilah superimmunity. Menurut dia lebih tepat bila disebut hybrid immunity.
Advertisement
Hybrid immunity atau imunitas hibrid adalah kekebalan individu yang didapatkan dari kombinasi imunitas dari infeksi alami dan vaksinasi.
"Memang kombinasi antara seseorang yang sudah pernah sakit dan kemudian mendapatkan vaksinasi memang respons antibodinya lebih tinggi," kata Helmia dalam webinar ilmiah bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada Sabtu (22/1/2022).
Wanita yang juga dokter spesialis paru konsultan ini menjelaskan bahwa ketika seseorang terinfeksi secara alami lalu divaksinasi, bakal menghasilkan neutralizing antibodies yang mempunyai peran proteksi yang utama terhadap COVID-19.
Jumlah sel B memori, yang bertugas menyimpan atau mengingat gen dari zat asing untuk menghasilkan antibodi, meningkat 5-10 kali lipat pada hybrid immunity dibandingkan setelah infeksi natural atau vaksinasi saja.
Lalu, neutralizing antibodi juga 100 kali lebih tinggi jika memiliki hybrid immunity dibandingkan imuniti hasil dari infeksi atau vaksinasi saja.
"Seseorang dengan hybrid immunity itu jarang sekali mengalami sakit yang parah dan bahwa kejadian adanya infeksi setelah hybrid immunity juga jarang, dibandingkan yang bukan hybrid immunity," jelas Helmia mengutip Antara.
Risiko Kembali Sakit COVID-19 Ada, Makanya Prokes Tetap Penting
Helmia menegaskan meski sudah memiliki hybrid immunity tetapi risiko tertular tetapa ada karena karakter mutasi virus yang sulit diketahui. Untuk itu, protokol kesehatan tetapi menjadi hal utama dalam pencegahan COVID-19.
"Tetap protokol kesehatan karena kita tidak tahu sebetulnya kondisi antibodi kita di dalam tubuh, kondisi sel-sel kita di dalam tubuh. Jadi tetap melakukan protokol kesehatan supaya tidak tertular kembali," ujarnya.
Advertisement