Liputan6.com, Semarang- Yogyakarta dikenal sebagai gudangnya jamu. Terlebih, di Yogyakarta masih kerap dijumpai ibu-ibu yang berjualan jamu dengan cara berkeliling desa atau pasar-pasar tradisional.
Salah satu jamu khas Yogyakarta adalah parem. Parem yang sekilas seperti bubur cair ini biasanya dijadikan sebagai penawar setelah minum jamu yang rasanya pahit. Mungkin, alasan ini yang membuat parem kerap dijuliki sebagai penawar pahitnya kehidupan.
Parem terbuat dari rempah-rempah. Proses pembuatan parem dilakukan dengan menyiapkan beragam bahan dasarnya seperti tepung jawa, rempah-rempah seperti jahe, kunyit, cengkeh, merica, ketumbar, jinten, gula merah, dan gula batu.
Baca Juga
Advertisement
Setelah itu, pembuatannya dimulai dengan merebus air yang kemudian dicampur dengan gula batu dan gula jawa. Kemudian, ramuan jamu yang telah ditumbuk halus dimasukkan ke dalam campuran air dan gula itu. Setelah air mendidih, tepung jawa dimasukkan ke dalam campuran itu.
Parem kemudian dimasak hingga aroma rempahnya tercium dan teksturnya mulai mengental seperti bubur. Setelah proses ini, parem siap dinikmati atau diperjual belikan.
Masyarakat zaman dahulu menjadikan parem sebagai minuman untuk menjaga daya tahan tubuh. Walau memiliki banyak manfaat, kini parem semakin jarang ditemui di Yogyakarta. Keberadaan jamu ini hanya dapat dijumpai di pasar-pasar tradisional tertentu yang berada di desa-desa.
(Tifani)