Mengenal Mukbang dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Saat ini, mukbang jadi salah satu konten favorit banyak orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jan 2022, 09:00 WIB
(Youtube.com/ZachChoi)

Liputan6.com, Bandung Buat yang aktif di media sosial, pasti tak asing dengan mukbang. Saat ini, mukbang jadi salah satu konten favorit banyak orang.

Mukbang adalah istilah Korea yang menggabungkan kata mukja yang artinya makan dan bangsong yang artinya siaran. Biasanya konten video mukbang akan melibatkan satu orang dan makanan dalam porsi yang sangat besar.

Istilah mukbang mulai populer di Korea Selatan sejak tahun 2010. Tren mukbang ini mengglobal dan ditiru banyak negara.

Memproduksi video mukbang bahkan menjadi karier dengan pendapatan tinggi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Nasional Seoul menemukan bahwa dalam jangka waktu dua tahun (April 2017 hingga April 2019) istilah mukbang ditelusuri lebih dari 100.000 video dari YouTube.

Di Korea Selatan, para pelaku mukbang profesional dapat menghasilkan hingga $10.000 dalam sebulan. Dengan memasak dan mengonsumsi makanan di depan kamera untuk audiens yang besar, mukbanger menghasilkan pendapatan dari iklan, sponsor, endorsement, serta dukungan penonton.

Secara umum, mukbang adalah siaran makan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mokbang atau mukbang adalah siaran langsung atau video yang mempertontonkan orang memakan banyak makanan untuk hiburan, biasanya disiarkan secara daring.

Mukbang adalah istilah yang berfokus pada aktivitas menyiarkan diri saat sedang makan. Meski begitu, banyak orang yang salah mengartikan mukbang sebagai aktivitas makan dalam porsi yang sangat banyak.

Dalam konten mukbang, biasanya host melakukan siaran audiovisual secara online sembari mengonsumsi berbagai jumlah makanan Mukbang biasanya direkam sebelumnya atau disiarkan langsung melalui webcast di platform streaming.

Mukbang juga bisa dilakukan secara live streaming. Sambil makan, host mengobrol dengan penonton, menciptakan komunikasi multimodal.

Meski begitu, mukbang bisa berdampak terhadap kesehatan. Pengaruh ini tentunya bisa berupa pengaruh baik, maupun pengaruh buruk. Berikut beberapa dampak baik dan buruk mukbang untuk kesehatan.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini


Dampak Buruk Mukbang untuk Kesehatan

foto: Youtube Yang Soo Biin

Obesitas

Obesitas bisa menjadi ancaman pembuat konten mukbang, terutama jika mereka tidak mengimbangi pola hidupnya dengan berolahraga. Seperti diketahui, obesitas berisiko mengundang beberapa penyakit lain seperti stroke, serangan jantung, kolesterol, dan risiko penyakit lainnya.

Masalah Pencernaan

Pembuat konten mukbang juga bisa mengalami masalah pencernaan. Kondisi itu terjadi akibat konsumsi makanan secara berlebih. Makan dengan porsi yang melebihi kapasitas pencernaan tentu dapat menyebabkan iritasi lambung, naiknya gula darah, hingga terganggunya metabolisme tubuh.


Dampak Baik Mukbang untuk Kesehatan

Mukbang Sayuran (Foto: Kokiku TV)

Mencegah Depresi

Mukbang dianggap mampu mencegah depresi pada seseorang yang mengalami kesepian. Hal ini dikarenakan mereka akan merasa memiliki teman makan sehingga tak lagi kesepian. Mencegah depresi juga dapat mencegah berbagai penyakit, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Meningkatkan Perasaan Senang

Salah satu istilah yang sering juga dikaitkan dengan mukbang adalah ASMR. ASMR adalah singkatan dari Autonomous Sensory Meridian Response, yang mengacu pada perasaan menyenangkan dan sering kali tidak disengaja yang didapat penonton dari menonton video "merangsang" sensorik tertentu.

Makan ASMR adalah tindakan yang dapat menimbulkan sensasi kesemutan di otak, kepala, leher, dan tulang belakang melalui suara dan visual orang yang menggigit, mengunyah, dan menyeruput berbagai jenis makanan. Orang-orang yang mengalami fenomena ini mengklaim bahwa mereka menerima kesenangan luar biasa dari menonton atau mendengarkan kebiasaan sehari-hari seperti berbisik, menyisir rambut, melipat pakaian dan banyak lagi.

ASMR dalam mukbang sangat disukai. Suara ASMR pada makanan biasanya seperti menyeruput, menggigit, mengunyah, dan banyak suara lain yang dipancarkan saat makan. Ini membuat penonton mengasosiasikan makanan sebagai kesenangan.

Penulis Mega Dwi Anggraeni

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya