Akhirnya, Taliban Izinkan Perempuan Sekolah Lagi

Sekolah dibuka Taliban pada Maret 2022. Para siswi boleh ikut belajar.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Jan 2022, 18:52 WIB
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu. (AP Photo/Zabi Karimi)

Liputan6.com, Kabul - Kementerian Pendidikan Afghanistan mengumumkan bahwa sekolah-sekolah akan dibuka untuk para perempuan. Sistem sekolah itu rencananya diterapkan pada 21 Maret 2022.

Dilaporkan TOLONews, Senin (24/1/2022), keputusan itu diambil setelah perwakilan Amerika Serikat berjanji membayar gaji-gaji guru apabila pemerintah di Afghanistan membuka sekolah bagi para siswi.

AS akan dibantu oleh komunitas inernasional untuk membayar gaji para guru.

Sebelumnya, pemerintah Taliban berkata akan mempertimbangkan pembukaan sekolah tanpa ada pengaruh asing. Mereka juga berkata izin sekolah bagi siswi tidak terkait janji manis dari AS.

Masalah ekonomi masih melanda Afghanistan sejak dikuasai Taliban. Guru-guru pun terdampak dan gajinya menunggak.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Nasib Mahasiswi Afghanistan?

Perempuan Afghanistan dengan burqa berjalan di sebuah jalan di Kabul, pada Minggu (22/8/2021). Taliban merebut kembali kendali Afghanistan, hampir dua dekade setelah mereka digulingkan koalisi pimpinan AS. (AP Photo/ Rahmat Gul)

Pemerintahan Taliban kini sedang berusaha agar universitas-universitas juga dibuka untuk para mahasiswi.

Pakar pendidikan berharap akses pendidikan untuk perempuan bisa merata sesuai dengan permintaan komunitas internasional.

"Pemerintah saat ini bertanggung jawab untuk membuka jalan untuk pembelajaran dan menyambut permintaan masyarakat dan dunia," ujar Wali Mohammad Sarwari, pengajar di duniversitas.

Sejak Taliban berkuasa pada Agustus 2021, para perempuan kesulitan mengakses pendidikan di Taliban. Sejumlah perempuan pun memilih les menjahit.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya