Kasus Restoran versus Mahasiswi Gara-Gara Kacang Seharga Rp21 Ribu, Sampai Lapor ke Kampus

Baik pihak restoran maupun mahasiswi itu sama-sama tak mau kalah mempertahankan argumennya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 24 Jan 2022, 11:34 WIB
Ilustrasi keluhan pelanggan. (dok. Mohamed Hassan/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Ulasan buruk tak selalu diterima dengan baik oleh pemilik usaha. Hal itu juga terjadi pada pihak restoran hotpot yang dituding melaporkan seorang mahasiswi ke pihak kampus.

Kisah itu kemudian diviralkan mahasiswi yang namanya dilaporkan pihak restoran ke kampusnya, National University of Singapore (NUS). Koh Xiu Wen pada 19 Januari 2022 mengunggah Instagram Stories yang menuduh pihak restoran telah melanggar privasinya.

Dilansir dari AsiaOne, Senin (24/1/2022), ia mempertanyakan motif restoran mengontak kampus di belakangnya. Berdasarkan klaim restoran, mereka mengakui telah mengontak kampus untuk memastikan bahwa e-mail yang digunakan untuk menyampaikan keluhan itu bukanlah akun palsu.

"Tapi, apa yang kudengar dari NUS sangat berbeda. Pihak restoran mengatakan kepada mereka bahwa seorang mahasiswa mengunggah ulasan negatif dan merusak reputasinya. Itu bukan tujuan seperti klaim mereka sebelumya."

"Maksud mereka melakukan itu sangat jelas dan aku telah berkomunikasi dengan pegawai mereka bahwa aku merasa diancam."

Koh juga membela haknya untuk mengunggah ulasan negatif secara online. Ia mempertanyakan apakah pelaku usaha berhak menggunakan informasi konsumen untuk mengecek apa yang tidak tercantum di dalam kebijakan privasi mereka. 

"Apakah melakukan 'pengecekan' latar belakang bukan bagian dari melanggar hak privasiku?" tulis Koh lagi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kudapan Kacang

Ilustrasi Kacang Tanah / Sumber: Pixabay

Cerita berawal saat 2 Januari 2022, Koh mengunjungi salah satu cabang restoran dan mendapatkan pengalaman buruk. Ia lalu mengirimkan e-mail ke restoran, disertai dengan video yang merekam kejadian, keesokan hari.

Dalam klip berdurasi dua menit, Koh mengungkapkan bahwa restoran itu mengenainya biaya dua dolar Singapura (Rp21 ribu) untuk kudapan kacang yang ia makan. Ia mengira kacang itu diberikan percuma.

Ketika ia mempertanyakan biaya itu, pelayan restoran meresponsnya dengan kasar. Menurut Koh, pelayan itu mengatakan, "Begini cara kami melakukannya di toko kami."

Ia pun terpaksa membayar kacang itu pada akhirnya. Namun, ia tetap mengungkapkan kekesalannya. "Ini bukan masalah uang, tapi aku merasa disesatkan. Ini caramu menjalankan restoran dengan sikap demikian?" ujarnya.


Pembelaan Restoran

Ilustrasi pelayan restoran virtual. (dok. pexels/Mikhail Nilov)

Pihak restoran tak mau kalah. Mereka menuduh Koh berpura-pura tidak tahu dan 'menyalahkan semua kesalahan pada penjual'. Video itu juga dideskripsikan oleh Koh dengan kata 'menakutkan' yang menciptakan 'kesan buruk'.

Dalam sebuah unggahan di Facebook pada Senin, pekan lalu, pihak restoran menuliskan, "Sayang sekali bagi Chicken Hotpot, Nona Koh tidak sabar menunggu hasil investigasi internal kami."

Mereka juga menjelaskan bahwa e-mail yang dikirim Koh menggunakan alamat domain organisasi yang penting. Dengan banyaknya penipuan yang terjadi, mereka hendak mengecek kebenarannya dengan mengontak kampus tersebut.

"Untuk kami, ini adalah tindakan yang beralasan. Kami tidak menyalahgunakan informasi pribadi yang bersangkutan," ujar pihak restoran.


Aturan di Tempat Makan

Infografis Aturan di Tempat Makan, dari PSBB, sampai PPKM Level 3 - 4. (Liputan6.com/Niman)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya