Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin tampak lebih stabil pada Minggu setelah aksi jual yang luar biasa keras. Namun, Bitcoin sebagai cryptocurrency terbesar masih berada di jalur kinerja mingguan terburuknya selama delapan bulan.
Menurut situs data Coinglass, Bitcoin (BTC) sempat ditransaksikan tepat di bawah USD 35.000, harga itu naik 1,6 persen selama 24 jam terakhir. Lebih dari USD 1,5 miliar posisi perdagangan Bitcoin dilikuidasi selama tiga hari terakhir karena margin call.
Advertisement
Harga bitcoin turun 19 persen dalam tujuh hari terakhir, itu merupakan kinerja mingguan terburuk cryptocurrency sejak Mei 2021. Itu terjadi ketika kekhawatiran tindakan keras baru China terhadap perdagangan dan penambangan cryptocurrency membuat pasar terguncang, dan cuitan oleh CEO Tesla Elon Musk memusatkan perhatian publik pada potensi kerusakan lingkungan karena jaringan blockchain Bitcoin
Kali ini, pedagang kripto tampaknya memperkirakan ketakutan bahwa Federal Reserve akan bergerak cepat selama beberapa bulan ke depan untuk memperketat kondisi moneter yang secara historis berada pada level yang longgar sejak virus corona menyerang ekonomi pada Maret 2020.
Stimulus The Fed seperti pencetakan uang triliunan dolar secara luas disebut-sebut sebagai alasan kenaikan harga Bitcoin pada 2020 dan 2021, termasuk kenaikan ke harga tertinggi sepanjang masa sebesar USD 69.000 pada November.
“Salah satu pendorong bullish untuk kripto selama dua tahun terakhir adalah surplus stimulus fiskal dan moneter terkait pandemi secara global, dan sebagian besar akan segera berakhir,” kata kepala penelitian institusional untuk cryptocurrency besar AS pertukaran Coinbase, David Duong, seperti dikutip dari CoinDesk, Senin (24/1/2022).
Di sisi lain, Presiden El Salvador, Nayib Bukele membuat cuitan pada Jumat malam yang mengatakan bahwa negara yang ramah Bitcoin itu mengambil keuntungan dari penurunan harga untuk membeli 410 BTC seharga sekitar USD 15 juta. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa banyak orang yang menjual Bitcoin dengan sangat murah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Kripto pada 24 Januari 2022
Sebelumnya, harga Bitcoin, Ethereum dan jajaran kripto teratas beranjak naik sedikit demi sedikit pada Senin pagi, 24 Januari 2022. Kripto yang pada sesi perdagangan hari sebelumnya melemah, hingga saat ini terlihat menguat meskipun sedikit.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) menguat dalam satu hari terakhir sebesar 0,94 persen. Meskipun begitu, dalam sepekan, BTC masih meradang cukup besar yaitu 18,04 persen.
Saat ini, harga BTC masih berada di level USD 35.392,35 per koin atau setara Rp 507,1 juta (asumsi kurs Rp 14.329 per dolar AS).
Ethereum (ETH) sebagai kripto terbesar kedua juga sedikit menguat sebesar 1,75 persen dalam satu hari terakhir, tetapi masih melemah dalam sepekan sebesar 27,29 persen. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 2.435,20 per koin.
Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD coin (USDC), meskipun sedikit turun, tetapi masing-masing harganya masih stabil. USDT masih berada di level USD 1,00, sedangkan USDC sedikit menurun ke level USD 0,9997 per koin.
Selanjutnya, Binance coin (BNB) yang juga ikut menguat dalam 24 jam terakhir sebesar 3,22 persen. Namun, masih melemah dalam sepekan sebesar 26,28 persen. Hal itu membuat BNB berada di level USD 368,29 per koin.
Sedangkan, Cardano (ADA) mulai menguat juga sebesar 0,50 persen dalam 24 jam terakhir. Namun, dalam sepekan masih menunjukkan grafik merah yaitu 23,84 persen. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 1,07 per koin.
Terakhir, Solana (SOL) hari ini sedikit menguat sebesar 1,02 persen dalam satu hari terakhir dan dalam sepekan meradang sebesar 35,59 persen. Saat ini harga SOL berada di level USD 95,18 per koin.
Advertisement