Liputan6.com, Jakarta - Menilik kasus Omicron di Indonesia yang semakin banyak, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menekankan, tidak semua kasus akan dilakukan pemeriksaan deteksi varian dengan Whole Genome Sequencing (WGS).
Pemeriksaan WGS kini lebih ditujukan untuk melihat persebaran Omicron. Jumlah kasus Omicron di Indonesia per 24 Januari 2022 pun di angka 1.626 kasus.
Baca Juga
Advertisement
"Dari sisi surveilans, kan kasusnya semakin banyak, tidak semua akan diperiksa menggunakan genome sequencing. Genome sequencing lebih kita arahkan untuk menganalisis pola penyebaran kasus Omicron," terang Budi Gunadi saat memberikan keterangan pers Evaluasi PPKM pada Senin, 24 Januari 2022.
Untuk mendeteksi kasus varian Omicron, Indonesia mengoptimalkan penggunaan tes PCR dengan metode S-Gene Target Failure (SGTF). Pemasangan alat PCR-SGTF ini sudah ada di pintu masuk kedatangan Indonesia, yang selanjutnya akan disebarluaskan ke daerah.
"Kita akan menggunakan PCR yang jauh lebih cepat. Nanti dengan metode SGTF yang bisa mendeteksi Omicron," lanjut Budi Gunadi.
"Alatnya sudah kita distribuskan dan akan segera kita tambah untuk didistribusikan ke daerah-daerah."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Data Penggunaan PeduliLindungi
Dari sisi penguatan protokol kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, data PeduliLindungi akan dibuka ke publik. Tujuannya, agar publik dapat membantu implementasi penggunaan PeduliLindungi.
"Tadi saat Rapat Terbatas juga diizinkan oleh Bapak Wakil Presiden (Ma'ruf Amin), bahwa data PeduliLindungi yang mengukur kedisiplinan protokol kesehatan boleh dibuka di publik," ujarnya.
"Sehingga kita bisa melihat lokasi-lokasi mana yang disiplin sampai pada level titik lokasinya, misal, kantor, tokom dan lokasi lainnya. Masyarakat juga bisa membantu penggunaan PeduliLindungi."
Advertisement