Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam, mencermati pemenuhan domestic market obligation (DMO) maupun gejolak harga batu bara yang sangat berpengaruh bagi kegiatan industri maupun ekspor semen.
Sebab, batu bara memakan porsi sekitar 40 persen dari total biaya produksi industri semen. Sehingga indikator tersebut lebih punya pengaruh besar pada kelanjutan industri komoditas tersebut, dibanding Covid-19 varian omicron.
Khayam memaparkan, angka produksi dan kebutuhan industri semen untuk 2021 lalu naik sebesar 6,8 dan 4,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Namun, nilainya belum mencapai kondisi normal dibanding sebelum pandemi seperti pada 2019.
Oleh karenanya, ia pun tak memungkiri jika ancaman gelombang omicron tetap harus diwaspadai oleh seluruh pelaku industri semen dan klinker (semen setengah jadi).
"Pertumbuhan industri semen masih dibayangi gelombang pandemi berikutnya yang mungkin terjadi," kata Khayam dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Selasa (25/1/2022).
Namun, industri semen nasional tetap mengalami oversupply/overcapacity sebesar 47 juta ton, dengan utilisasi rata-rata 58 persen pada saat gelombang pandemi Covid-19 di 2021 silam.
Situasi ini membuat pelaku industri semen dan klinker gencar menjemput pasar ekspor. Bahkan pada 2019, Khayam melanjutkan, ekspor klinker mengalami kenaikan 239 persen dan terus mengalami peningkatan hingga saat ini.
"Guna mengimbangi permintaan dalam negeri akibat pandemi pada 2020 dan 2021, industri semen semakin gencar melakukan ekspor. Tercatat pada 2020, ekspor semen dan clinker naik sebesar 44 persen, dan tahun 2021 mengalami kenaikan kembali 25 persen," bebernya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ekspor Klinker
Meski begitu, jika dicermati lebih lanjut, porsi ekspor pada 2020-2021 lalu masih jauh didominasi produk klinker. Ekspor klinker yang naik pada 2019 mencapai angka 5,226 juta ton.
Sementara ekspor semen hanya sebesar 1,222 juta ton, anjlok dibanding 2018 yang sekitar 4,1 juta ton. Pasokan produk semen ke pasar internasional pun makin turun di 2020 yang hanya sekitar 1,097 juta ton, meskipun sedikit naik pada 2021 menjadi sekitar 1,6 juta ton.
Menurut Khayam, ekspor semen dan klinker saat ini memang sangat dipengaruhi oleh stok pasokan batu bara dalam negeri, hingga harga komoditas tersebut yang terus melonjak akibat kebijakan larangan ekspor batu bara yang digaungkan Pemerintah RI.
"Proyeksi pertumbuhan ekspor semen dan klinker tahun 2022 sangat bergantung pada harga dan ketersediaan batu bara sebagai bahan bakar utama," ujar dia.
Advertisement