Liputan6.com, Jakarta Putri Nurul Arifin dan Mayong Suryolaksono, Maura Magnalia meninggal dunia karena jantunnya berhenti. Sebelum meninggal dunia, Maura ternyata sedang mempersiapkan sebuah karya berbentuk buku.
Sayang, hingga akhir hayatnya, tulisan tersebut belum diterbitkan menjadi sebuah buku. Padahal hal itu yang diinginkan gadis berusia 27 tahun tersebut.
"Iya, dia sudah dalam rangka mencari penerbit, dan beberapa penerbit sudah berminat, tapi belum terealisasikan juga sebabnya di mana, kurang tahu," ucap Mayong Suryolaksono di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Rabu (26/1/2022).
Baca Juga
Advertisement
Kontroversial
Meski begitu, Mayong yang pernah diperlihatkan dan membaca isi tulisan mendiang Maura tak menampik tulisan anaknya itu isinya hal berbau kontroversi.
"Sekilas yang dia ceritakan kepada kami, mungkin buku itu agak kontroversial. Memang ya, Maura itu antimainstream," kata Mayong.
Advertisement
Budaya
Maklum saja, Maura memang menempuh pendidikan di negara Australia dengan budaya yang berbeda.
"Karena sekolah dia juga S2 nya selesai dalam program culture studies, dia belajar kebudayaan baru yang masa kini. Ya, mungkin kami generasi sebelumnya itu tak pernah terbayangkan bahwa ada cabang studi budaya masa kini," ujar Mayong.
Sedih
Maura sendiri sudah dimakamkan di San Diego Hills, Karawang. Nurul Arifin tak kuasa menahan rasa sedih saat peti jenazah anaknya dimasukin ke liang lahad. Putri pertama wanita berusia 55 tahun itu dimakamkan di San Diego Hills Memorial Park, Karawang, Jawa Barat.
Mulai dari keluarga hingga sahabat mendiang Maura turut mengantarkannya ke peristirahatan terakhirnya. Sebelum dikuburkan, Nurul Arifin beserta Mayong Suryo Laksono dan Melkior Mirari Manusaktri, sang anak melakukan sesi foto di depan peti jenazah.
Advertisement