Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis mampu mencatatkan perkembangan positif di sektor ekonomi dan keuangan digital. Salah satunya dengan menaruh target yang cukup tinggi untuk 2022.
Diketahui, di sisi digitalisasi pembayaran dan keuangan di Indonesia didorong dengan kondisi Covid-19. Antara lain peningkatan transaksi E-commerce dan digital banking yang tercatat meningkat. Menghadapi pertumbuhan ekonomi di 2022, Perry menyebut peran ekonomi digital ini jadi salah satu kunci pertumbuhan.
“Untuk outlook digital betul-betul terjadi sangat cepat berkembang di Indonesia, kami betul-betul berkomitmen untuk digital untuk transformasi sistem pembayaran, untuk integrasi dan pemulihan ekonomi dan percepatan pembentukan ekosistem,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).
Menurut catatannya, transaksi e-commerce tercatat sebesar Rp 401 triliun di 2021. Ia memperkirakan jumlah ini akan meningkat sebesar 31,2 persen menjadi Rp 526 triliun.
“Penggunaan uang elektronik di bidang sistem pembayaran tahun lalu sebesar Rp 305 triliun, tahun ini kami perkirakan Rp 358 triliun,” katanya.
Sementara, pelayanan digital oleh perbankan mencatatkan sebesar Rp 39.841,4 triliun dan tahun ini diprediksi naik 24,83 persen menjadi Rp 49.733,8 triliun.
“Digitalisasi ini jadi sangat penting karena jadi daya dukung pemulihan ekonomi terutama untuk inklusi ekonoim dan keuangan, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih berbagai dukungan dari pimpinan dan anggota untuk mendukung upaya digitalisasi sistem pembayaran,” terangnya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Inflasi Diperkirakan Meningkat
Sebelumnya, Tingkat inflasi di 2022 diprediksi akan meningkat imbas dari meningkatnya permintaan. Namun, Bank Indonesia memperkirakan meski ada peningkatan, hal itu masih di dalam batas target.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan hal itu akan terjadi di 2022. Ia juga mengacu dari tingkat inflasi tahun 2021 yang tercatat rendah di kisaran 1,87 persen year on year.
“Dan tahun ini dengan meningkatnya permintaan domestik, inflasi kemungkinan juga akan meningkat, tapi kami memperkirakan masih dalam sasaran 3 persen plus-minus 1 persen,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (27/1/2022).
“Karena secara keseluruhan penawaran agregat masih lebih tinggi dari permintaan agregat, ekspektasi inflasi terjaga,” tambanya.
Ia menyebut itu juga dipengaruhi ketersediaan pasokan dan kelancarangan bahan pangan dan sinergi kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga.
“BI berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui tim pengendalian inflasi pusat dan daerah (TPIP dan TPID) guna menjjaga inflasi IHK dalam kisaran targetnya,” kata dia.
Advertisement