Liputan6.com, Jakarta - Film Ada Apa dengan Cinta? sudah berusia 21 tahun. Selama itu, Nicholas Saputra belum pernah bekerjasama kembali dengan sutradara film terlaris di Indonesia itu, Rudi Soedjarwo. Pemeran Rangga di film AADC? menyimpan keinginan untuk kembali berakting di bawah arahan Rudi.
Aktor yang karib disapa Nico ini blak-blakan mengakui, kerjasama di film yang sukses melambungkan namanya di industri hiburan nasional bersama Rudi, sangat berkesan. Seolah ingin merasakan hal serupa, Nico ingin bekerjasama kembali dengan Rudi.
"Tentu saja memori saat bekerja dulu (di film AADC?) sangat berkesan," kata Nico menggambarkan proses kerjasama dengan Rudi yang selalu dikenangnya saat ditemui di kawasan Jalan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (26/1/2022).
Baca Juga
Advertisement
Reuni
Kini, setelah 21 tahun tak bekerjasama, Nico dan Rudi dipertemukan melalui proyek film terbaru berjudul Sayap Sayap Patah. Keduanya kembali reuni mengerjakan cerita film yang jauh berbeda dari sebelumnya.
"Ini momen yang saya tunggu-tunggulah untuk bisa kerja bareng Mas Rudi," tutur Nico.
Advertisement
Bersemangat
Rudi sangat bersemangat untuk segera memulai proses syuting film tersebut bersama Nico. Menurutnya, ini merupakan penantian selama 21 tahun dirinya ingin kembali bekerjasama dengan lawan main Dian Sastrowardoyo di film AADC?
"21 tahun saya nggak pernah kerjasama (bareng Nicholas Saputra) dalam film, ketemu casual aja. Dari 21 tahun lalu saya udah mau kerjasama lagi sama dia dan saat kesempatan ini datang, saya sangat semangat," Rudi membeberkan.
Peristiwa Anggota Densus 88 Meninggal Dunia
Film Sayap Sayap Patah sendiri terinspirasi dari peristiwa pada 8 Mei 2018 saat sejumlah tahanan terorisme membobol rutan Mako Brimob yang mengakibatkan 5 orang anggota Densus 88 meninggal dunia.
Denny Siregar selaku Eksekutif Produser menuturkan jika film hasil kerjasamanya dengan Maxima Pictures itu merupakan bentuk apresiasinya pada para personel kepolisian yang gugur dalam kejadian tersebut.
"Kita sepakat ini monumen untuk mereka, sekaligus sebagaj peringatan radikalisme dan terorisme di indonesia," ujar Denny Siregar.
Advertisement