PRBM Eijkman: Kini Dunia Lebih Siap Menghadapi Pandemi COVID-19 Ketimbang Dua Tahun Lalu

Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, Wien Kusharyoto mengatakan bahwa sebetulnya dunia telah lebih siap menghadapi pandemi COVID-19 dibanding dua tahun lalu.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Jan 2022, 14:00 WIB
Kepadatan calon penumpang kereta Commuter Line (KRL) di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Data sementara Kementerian Kesehatan hingga 10 Januari 2022, total ada 506 kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, Wien Kusharyoto mengatakan bahwa sebetulnya dunia telah lebih siap menghadapi pandemi COVID-19 dibanding dua tahun lalu.

Menurutnya, kondisi dunia dalam menghadapi pandemi dua tahun lalu yakni:

  • Dua tahun lalu terdapat keterbatasan informasi dan sumber daya
  • Populasi global dengan kekebalan yang masih rendah dan rentan terhadap virus
  • Belum terdapat cara pencegahan terhadap infeksi global
  • Pengobatan yang terbatas terhadap infeksi
  • Infrastruktur diagnosis dan kemampuan deteksi yang lemah, sistem kesehatan yang sangat terbebani
  • Indormasi yang terbatas tentang dinamika virus misalnya tentang mutasi, cara, dan laju penularan.

Simak Video Berikut Ini


Kesiapan Menghadapi Pandemi Saat Ini

Dua tahun berlalu, kesiapan menghadapi pandemi pun semakin baik. Hal ini ditandai dengan:

  • Populasi di dunia cukup memiliki immunitas karena infeksi alami maupun vaksinasi
  • Generasi pertama vasksin (mRNA, adenovirus, virus diinaktifkan) telah digunakan secara global
  • Obat antivirus yang cukup efektif, serta adanya terapi infusi
  • Berbagai cara deteksi (tes PCR cepat, dan lain-lain)
  • Informasi yang dapat diandalkan tentang cara penularan dan munculnya varian baru.

“Sekarang kita lebih memahami dan memiliki kesiapan yang lebih baik,” kata Wien dalam seminar daring Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rabu (26/1/2022).


Tetap Waspada

Walau cenderung lebih siap, Wien tetap mengimbau masyarakat untuk waspada. Pasalnya, kasus COVID-19 varian Omicron global dalam beberapa minggu terakhir mencapai 80 persen lebih.

Varian ini juga meningkatkan risiko infeksi ulang 5 kali lipat lebih tinggi ketimbang varian Delta. Maka dari itu, dibutuhkan vaksinasi COVID-19 lanjutan atau vaksin booster.

Sebab, booster 89 persen efektif menurunkan hospitalisasi atau potensi rawat inap pada pasien COVID-19 termasuk varian Omicron.

“Sampai saat ini sudah lebih dari 1,3 juta orang mendapatkan vaksin booster (di Indonesia),” kata Wien.

Ia juga membahas terkait kenaikan kasus Omicron di berbagai negara terutama yang tengah menjalani musim dingin seperti di negara-negara Eropa, Amerika Utara, dan Asia.

Hingga pertengahan Desember, kasus COVID-19 di Amerika Serikat didominasi oleh varian Delta. Namun, sejak masukknya kasus Omicron, kasus di negara tersebut hingga kini didominasi varian Omicron.

 


Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan COVID-19 Varian Omicron

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya