Perubahan Iklim Sudah Ekstrem, Ini Alasan Energi Listrik Ramah Lingkungan Dibutuhkan

SIL UI mengungkapkan beberapa alasan energi listrik yang ramah lingkungan dibutuhkan.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 31 Jan 2022, 06:30 WIB
Ilustrasi lingkungan (dok.unsplash/ Karsten Würth)

Liputan6.com, Jakarta Emisi karbon yang dihasilkan negara-negara industri, termasuk Indonesia, menyebabkan pemanasan global yang berdampak pada terjadinya perubahan iklim.

Maka dari itu, Prof. Ir. Ari Handoko Ramelan, M.Sc. (Hons), Ph.D. mengatakan, mendapatkan energi yang bersifat ramah lingkungan dan berkelanjutan sangatlah penting.

Ari, dalam presentasinya di Diseminasi Hasil Kajian Akademik oleh Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) mengatakan, perubahan iklim dunia yang terjadi saat ini sudah sangat ekstrem.

"Salah satunya disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan yang menimbulkan efek gas rumah kaca yang berakibat pada mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan," kata Ari.

Dalam siaran pers, ditulis Senin (31/1/2022), Ari juga mengatakan masalah itu juga membuat penurunan populasi alga sebagai sumber energi bagi berbagai biota, yang mengakibatkan turunnya jumlah populasi biota.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Transisi dari Batubara

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Hasil kajian SIL UI mengungkapkan, nuklir merupakan energi yang memiliki density tertinggi di antara sumber energi lainnya.

Selain itu, nuklir merupakan sumber energi dengan emisi dan tingkat risiko yang paling rendah dibandingkan sumber energi alternatif lainnya, meski penggunaannya diakui masih menimbulkan pro dan kontra.

Dalam kegiatan tersebut, dipaparkan empat alasan Energi Listrik Ramah Lingkungan (ELRL) sangat dibutuhkan. Pertama adalah untuk mencapai kesejahteraan pada tahun 2050, sesuai dengan target pemerintah.

Untuk mengejar peningkatan kesejahteraan masyarakat, harus dilakukan berbagai upaya peningkatan ekonomi yang secara tidak langsung meningkatkan konsumsi listrik di Indonesia.

Dengan demikian, pemerintah harus meningkatkan ketersediaan listrik hingga 4000 kw/h per kapita di tahun 2050.

Kedua, sebagai transisi energi primer, terutama yang berasal dari batu bara yang memiliki dampak negatif, terutama terhadap lingkungan.

Selain itu, cadangan batu bara Indonesia dengan kalori tinggi diprediksi akan habis pada tahun 2040 serta adanya tekanan dari dunia internasional untuk menghentikan penggunaan batubara. 


Energi Hijau

Pembangkit energi hijau. Dok PLN

Alasan ketiga adalah mengacu pada target menuju Indonesia rendah karbon di tahun 2050.

Energi hijau harus tidak menghasilkan emisi gas CO2 dan CH4, tidak merusak lahan, tidak mengancam ekosistem saat proses operasional, mampu menyimpan dan mengelola limbah sisa operasional.

Energi ini juga harus meminimalisir penggunaan bahan bakar dan material tambang, serta mampu dikomersialisasikan tanpa adanya subsidi.

Alasan keempat adalah bahwa energi nuklir merupakan solusi energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Wakil Direktur SIL UI Dr. Dodi Abdul Cholil menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia punya target untuk menggunakan energi ramah lingkungan yang berbasis bebas karbon menuju Indonesia yang lebih sejahtera pada 2050.

Di sini salah satu energi alternatif yang ditawarkan adalah nuklir.

Dodi pun mengatakan, kajian akademik ini dapat menjadi acuan dan pertimbangan pemangku kepentingan untuk memutuskan kebijakan demi kemaslahatan masyarakat banyak.

(Dio/Isk)

Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya