Liputan6.com, Moskow - Rusia Kamis (27/1) mengatakan ada "sedikit alasan merasa optimis" untuk meredakan ketegangan di Eropa Timur, setelah Amerika menolak permintaannya agar Ukraina secara permanen dilarang menjadi anggota NATO dan bahwa Barat menarik kembali pasukan dan persenjataannya dari negara-negara yang berbatasan dengan Rusia.
Baca Juga
Advertisement
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tanggapan AS terhadap tuntutannya "tidak mengandung tanggapan positif," tetapi beberapa elemennya bisa mengarah pada "awal pembicaraan serius tentang masalah-masalah sekunder."
AS dan sekutu Eropanya telah menolak tuntutan utama Moskow sebagai isu yang utama. Diplomat senior Kremlin itu mengatakan para pejabat akan mengajukan proposal kepada Presiden Vladimir Putin.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan reaksi Rusia akan segera disampaikan dan menambahkan “selalu ada prospek untuk melanjutkan dialog. Ini demi kepentingan Rusia dan Amerika Serikat."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ketakutan Akan Invasi
AS dan sekutu Eropanya, yang takut akan invasi Rusia ke Ukraina, terus memprotes Rusia yang mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di sepanjang perbatasannya dengan bekas republik Soviet itu, meskipun Moskow mengatakan tidak berniat menyerang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dokumen yang diserahkannya kepada Rusia "mencakup kekhawatiran Amerika dan sekutu dan mitra-mitra AS tentang tindakan Rusia yang merusak keamanan, sebuah penilaian akan prinsip dan pragmatis dari kekhawatiran akibat Rusia, dan proposal AS untukbidang-bidang di mana mungkin terdapat kesamaan."
Advertisement