Harga Minyak Terus Naik, Sempat Sentuh Angka Tertinggi Sejak Oktober 2014

Di awal 2022, harga minyak telah naik sekitar 15 persen di tengah ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina.

oleh Arief Rahman H diperbarui 29 Jan 2022, 07:40 WIB
Ilustrasi tambang migas. Harga minyak mentah berjangka Brent naik 69 sen atau 0,77 persen menjadi USD 90,03 per barel. (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak kembali naik pada perdagangan Jumat dan mencetak kenaikan mingguan keenam. Kenaikan harga minyak ini terjadi di tengah kekhawatiran pengetatan pasokan karena beberapa produsen utama melanjutkan kebijakan pembatasan produksi di ditengah meningkatnya permintaan.

Mengutip CNBC, Sabtu (29/1/2022), harga minyak mentah berjangka Brent naik 69 sen atau 0,77 persen menjadi USD 90,03 per barel, setelah sempat jatuh 62 sen pada hari sebelumnya. Harga sempat mencapai USD 91,04 per barel di awal sesi yang merupakan level tertinggi sejak Oktober 2014.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 21 sen ke level USD 86,82 per barel, setelah turun 74 sen pada hari Kamis. Harga minyak WTI juga mencapai level tertinggi dalam tujuh tahun di USD 88,54 per barel di awal sesi.

Baik harga minyak Brent dan WTI naik untuk minggu keenam, rekor mingguan terpanjang sejak Oktober, ketika harga Brent naik selama tujuh minggu sementara WTI naik selama sembilan minggu.

Di awal 2022, harga minyak telah naik sekitar 15 persen di tengah ketegangan geopolitik antara produsen minyak terbesar kedua di dunia yaitu Rusia dengan penyedia gas alam utama ke Eropa yaitu Ukraina.

Kenaikan harga minyak juga terjadi karena ancaman terhadap Uni Emirat Arab dari gerakan Houthi Yaman yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang pasokan energi.

Ekonom senior Nomura Tatsufumi Okoshi mengatakan, harga minyak Brent bisa menembus level USD 90 per barel. Setelah itu terdapat beberapa aksi jual tetapi investor mulai membeli lagi ketika harga turun sedikit.

"Mereka tetap berhati-hati adanya kemungkinan gangguan pasokan karena meningkatnya ketegangan geopolitik," kata Tatsufumi Okoshi.

“Pasar memperkirakan pasokan akan tetap ketat karena OPEC+ terlihat mempertahankan kebijakan yang ada untuk meningkatkan produksi secara bertahap,” tambah dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pertemuan OPEC

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pasar fokus pada pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+. Pertemuan tersebut bakal digelar pada 2 Februari 2022.

OPEC+ kemungkinan akan tetap dengan rencana kenaikan target produksi minyaknya untuk Maret, beberapa sumber dalam kelompok itu mengatakan kepada Reuters.

"OPEC telah berjuang untuk meningkatkan produksi sejalan dengan kenaikan kuota yang disepakati. Akibatnya, kapasitas cadangan berada pada tingkat yang mungkin tidak cukup untuk menutupi gangguan geopolitik," kata analis dari ANZ Research dalam sebuah catatan pada hari Jumat.

“Kami melihat ada defisit pada kuartal I 2022. Dengan kendala pasokan yang mungkin menjadi ciri pasar minyak untuk sementara waktu, kami melihat pasar menetapkan premi risiko yang cukup besar,” tulis ANZ.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya